Monday, 19 November 2012 07:50
Oleh : Muhaimin Iqbal
Pada musim dingin di awal tahun 1999 saya naik kereta sekitar satu jam perjalanan dari Zurich ke Basel, sebuah kota kecil yang dingin di Swiss. Meskipun dia adalah kota ke 3 terbesar di Swiss – jumlah penduduknya hanya kurang dari 170,000 orang – tidak lebih dari penduduk satu kecamatan dimana saya tinggal di Depok. Kota kecil yang dingin itu, bisa jadi akan memanaskan keuangan dunia awal tahun 2013 nanti. Apa yang terjadi di sana ?
Oleh : Muhaimin Iqbal
Pada musim dingin di awal tahun 1999 saya naik kereta sekitar satu jam perjalanan dari Zurich ke Basel, sebuah kota kecil yang dingin di Swiss. Meskipun dia adalah kota ke 3 terbesar di Swiss – jumlah penduduknya hanya kurang dari 170,000 orang – tidak lebih dari penduduk satu kecamatan dimana saya tinggal di Depok. Kota kecil yang dingin itu, bisa jadi akan memanaskan keuangan dunia awal tahun 2013 nanti. Apa yang terjadi di sana ?
Di kota kecil Basel ini ada sekelompak orang yang sangat exclusive,
sangat rahasia dan sangat perkasa di dunia keuangan. Markas mereka
konon di design memiliki perlindungan yang cukup menghadapi perang
nuklir sekalipun. Mereka adalah bank sentral-nya bank sentral dunia. Apa
yang mereka katakan menjadi kerangka kerjanya bank-bank sentral dunia.
Mereka
sangat irit ‘bicara’ , mereka baru ‘bicara’ tiga kali sejak
pembentukannya 38 tahun lalu (1974). Tahun 1988 mereka ‘bicara’ tentang
Basel I, tahun 2004 mereka ‘bicara’ lagi tentang Basel II dan di tahun
2012 ini mereka ‘bicara’ tentang Basel III. ‘Pembicaraan’ mereka yang
irit inipun cukup membuat perbankan dunia gonjang-ganjing untuk
menyesuaikan dengan ‘pembicaraan mereka’.
Karena
saya bukan orang bank, saya tidak terlalu tertarik untuk mendalami apa
yang mereka ‘bicarakan’ kecuali terhadap satu hal yaitu emas. Pada Basel
I dan Basel II mereka sengaja mendiskreditkan emas sebagai asset
tingkat III – bukan asset yang sesungguhnya. Kalau dijadikan cadangan
hanya dinilai separuh dari harga pasarnya. Saat itu yang dianggap asset
tingkat I atau uang yang sesungguhnya adalah government bond, mortgage backed securities, cash dan sejenisnya.
Tetapi banyak sekali hal terjadi dalam beberapa tahun terkhir, asset yang semula mereka anggap tingkat I seperti mortgage -
kini banyak yang malah menjadi asset yang sangat beracun (toxic
assets). Bahkan banyak pula government bond di negara-negara Eropa yang
hancur mendekati nilai sampah (junk). Lantas kemana mereka akan
berpaling ?
Kemana
lagi kalau bukan emas ?, asset yang mereka coba discredit-kan selama
hampir empat dasawarsa terakhir ini ternyata malah berhasil membuktikan
dirinya sebagai asset yang tetap perkasa di segala cuaca, mampu melalui
krisis demi krisis tanpa kehilangan nilainya yang sesungguhnya.
Maka
mereka-pun harus mengakui keperkasaan emas ini dalam pembicaraan mereka
terakhir yang disebut Basel III. Basel III yang rencananya mulai
diimplementasikan awal 2013 nanti, menempatkan emas pada posisi yang
seharusnya yaitu asset tingkat I.
Dengan
pengakuan ini, maka sebenarnya secara diam-diam emas telah kembali ke
system keuangan dunia, emas menjadi asset yang sesungguhnya dan dapat
digunakan sebagai cadangan dengan 100 % nilai pasar.
Apa ini dampaknya ?, bayangkan bila bank-bank sentral dunia mulai berburu emas kembali karena pilihan cadangan mereka yang kini head to head
antara bond, mortgage, emas dlsb. Ketika emas dilihat sebagaimana
seharusnya, bersaing secara bebas dengan asset-asset yang lainnya – maka
dengan mudah emas ini akan menjadi asset yang setidaknya pasti tidak
kalah menarik dibandingkan dengan berbagai asset lainnya seperti bond, mortgage dan bahkan dibandingkan dengan cash sekalipun.
Dibuka
dengan ‘pembicaraan’ di Basel III ini, dunia toh akhirnya akan mengakui
kembali bahwa emas itulah uang yang sesungguhnya. Uang yang mampu
mempertahankan nilai ketika yang lain menjadi racun (toxic assets) atau
menjadi sampah (junk). Uang yang tahan segala cuaca !.
Maka
dari kota kecil yang dingin, sekelompok orang-orang yang dingin dan
irit bicara tersebut di atas dengan suka ataupun tidak suka harus
mengakui bahwa akses masyarakat pada nilai assets yang sesungguhnya itu tidak bisa mereka setir. Pengakuan mereka ini-pun bisa jadi akan ‘memanaskan’ system keuangan dunia dan bisa menjadi pemicu bull market berikutnya untuk kenaikan harga emas di tahun-tahun mendatang. Wa Allahu A’lam.