The Next G
Sekitar setahun lalu saya menulis tentang Generation NEET, yaitu generasi pemuda yang menganggur total Not in Employment, Not in Education Nor in Training. Kini berkembang lebih luas lagi penyakit pemuda itu - mereka bisa saja sedang sekolah atau kuliah dan bahkan memiliki pekerjaan, tetapi mereka nyaris tidak memiliki kemauan atau sekedar mengetahui apa yang hendak dia lakukan untuk masa depannya. Mereka inilah yang disebut Generation TBD ( To Be Decided), apa bahayanya ?
Generasi muda yang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya untuk masa depan, atau yang dalam bahasa sunda disebut dalam istilah kumaha engke wae bagaimana nanti sajalah ini menatap masa depannya dengan pandangan yang kosong, mereka seperti buih yang jumlahnya sangat banyak tetapi nyaris tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi keluarga, masyarakat, negara dan umat. Mereka menjadi liability dan bukannya asset !
Jumlah yang sangat banyak rata-rata penduduk dunia 25 %-nya adalah usia pemuda (16-24 tahun), hanya diperebutkan suaranya untuk pemilihan umum tetapi setelah itu nyaris tidak ada program khusus untuk mempersiapkan masa depan yang lebih jelas bagi anak-anak muda ini.
Bagaimana generation TBD ini bisa dicegah sebelum jumlahnya terus bertambah besar, atau diobati bila sudah terlanjur menjadi penyakit masyarakat luas ?
Cara yang paling efektif adalah menanamkan ke-imanan yang sampai merasuk di hati mereka, bukan sekedar ilmu tentang apa itu iman, ilmu tentang rukun iman dan lain sebagainya.
Dengan keimanan yang kuat terhadap Allah dan hari akhir misalnya, pemuda-pemudi akan sigap berbuat bukan hanya untuk masa depannya di dunia tetapi bahkan yang lebih penting adalah masa depannya dalam kehidupannya yang abadi kelak.
Mereka adalah generasi yang merespon ayat berikut : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yantelah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 59:18)
Saya merasa beruntung sekali bisa ikut menyaksikan lahirnya the Next G, generasi berikutnya yang insyaAllah akan berkwalitas sangat baik ini. Saya berinteraksi dengan mereka hampir setiap hari, salaman dengan mereka hampir setiap kali selesai sholat fardhu di Masjid. Mereka adalah anak-anak tetangga saya yang rame-rame menjadi santri di Kuttab Al-Fatih.
Perhatikan photo di atas yang saya ambil pada suatu hari selesai sholat dhuhur. Perhatikan keceriaan wajah-wajah mereka, keceriaan anak-anak usia sekitar 10 tahun sebagaimana anak-anak pada umumnya. Tetapi apa yang membedakan mereka dengan anak-anak seusianya ?
Perhatikan posisi tangan anak yang di tengah, snap shot photo yang tidak disengaja apalagi direkayasa ini menunjukkan keseharian aktifitas mereka. Dalam kegembiraan anak-anak yang sedang bercengkerama-pun mereka sambil murajaah hafalan Al-Quran mereka. Lihat tangannya yang sedang menandai posisi halaman-halaman Al-Quran yang sedang dia hafalkan. Anak-anak dalam foto tersebut memiliki rata-rata hafalan 4-5 juz, beberapa teman santri nya bahkan sudah beberapa di atas 10 juz.
Bukan hanya hafalannya yang membedakan mereka dengan anak-anak yang lain, sholat di Masjid dengan mereka menjadi sangat hening karena meskipun di usia anak-anak mereka tidak ribut ketika sholat.
Lebih dari itu, tanda-tanda keimanan yang lain juga menyertai mereka. Ini pengakuan seorang mukhsinin orang tua dari teman-teman anak-anak yang di photo tersebut. Suatu hari dia melihat anaknya menangis tersedu-sedu menjelang tidur, ketika ditanya oleh orang tuanya kenapa menangis ? jawabannya adalah karena dia takut masuk neraka !
Dipeluklah anak ini oleh orang tuanya, sambil didoakan dan dihibur : Tidak nak, insyaAllah kamu tidak akan masuk neraka!. Orang tua yang shaleh inipun menyadari dan bersyukur sekali betapa Iman terhadap hari akhir telah merasuk ke hati putrinya yang masih sangat belia.
Mukhsinin yang juga agniya inilah yang kemudian mewakafkan seluruh tanah dan bangunan berupa masjid, asrama, kantor, kantin dan rumah-rumah kyai untuk Madrasah kami di sentul. InsyaAllah bila sudah siap, masjidnya bisa kita pakai Itikaf rame-rame di akhir Ramadhan nanti.
Dengan wakaf full facility untuk madrasah inilah nantinya apa yang sudah dipelajari anak-anak di tingkat Kuttab akan terus dilanjutkan. Di madrasah mereka insyaAllah akan menyelesaikan hafalannya untuk 30 juz, hafal kitab hadits Bulughul Maram minimal dan juga mandiri dalam kehidupannya.
Dua tahun terakhir dari 6 tahun usia mereka di madrasah adalah untuk menyiapkan mereka mandiri secara ekonomi di bidang-bidang pilhannya masing masing. Mulai dari Pertanian, peternakan, teknologi informasi, kesehatan, perdagangan dan berbagai mata pekerjaan lainnya yang dibutuhkan saat itu.