In
dinar,
krisis moneter belum berakhir
Harga Emas Dari September Ke September : Seasonal dan Systemic
Oleh Muhaimin Iqbal
Rabu, 15 September 2010 07:56
Rabu, 15 September 2010 07:56
Ketika saya mulai tertarik mengkaji Dinar bulan September lima tahun lalu (2006), harga emas dunia saat itu masih berada di bawah US$ 600/Oz (September average US$ 598/Oz). Semalam harga emas dunia sempat ditransaksikan di angka US$ 1,275/Oz; dan average bulan ini (sampai tanggal 15) sudah mencapai US$ 1,250/Oz atau lebih dari dua kali lipat dari bulan yang sama lima tahun lewat. Ini menguatkan teori saya tentang peluruhan daya beli mata uang kertas yang memang rata-rata memiliki waktu paruh di kisaran 5 tahun saja !.
Memang teori ini perlu pembuktian secara ilmiah, namun biarlah para ilmuwan yang melakukannya. Sebagai pelaku ekonomi awam, saya sendiri cukup menggunakan pemahaman teori ini untuk menyelamatkan diri dari menjadi korban penurunan nilai mata uang kertas yang begitu terang benderang. Untuk pembuktian ilmiahnya sendiri, saya senang ada peserta Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin yang insyallah akan menyusun thesis Doktor-nya dengan subject peluruhan daya beli mata uang kertas ini.
Untuk bulan September sendiri, memang bulan ini adalah bulan yang khusus untuk harga emas dunia. Bahwa kenaikan harga emas yang terjadinya secara musiman atau seasonal di awali di bulan September, sudah pernah saya tulis sekitar satu setengah tahun lalu dengan judul Musim Membeli Emas/Dinar. Kenaikan yang bersifat musiman ini juga nampak di grafik dibawah, bila kumulatif kenaikan harga emas selama 5 tahun dari rata-rata tahunan hanya berada di angka 94% selama lima tahun ini; kenaikan kumulatif 5 tahun untuk rata-rata September mencapai 109%.
Tetapi kenaikan harga emas dari September ke September dan dari tahun ke tahun, tidak hanya bersifat seasonal – karena kalau hanya faktor seasonal – harga emas akan kembali rendah di bulan-bulan yang lain. Kenyataannya rendahnya di bulan-bulan lain sangat jarang menyamai rendahnya harga emas di bulan-bulan yang sama tahun sebelumnya. Dengan kata lain, ada kenaikan harga emas yang sifatnya terus menerus dan bersifat systemic dari tahun ke tahun.
Ada setidaknya 9 faktor systemic yang insyaAllah akan terus mendorong harga emas keatas yang saya ringkaskan dari karya Dr. Martin Murenbeeld – Chief Economist dari Dundee Wealth Economic sebagai berikut :
1. Global Fiscal and Monetary Reflation - yaitu Negara-negara di dunia yang masing-masing membanjiri ekonominya dengan hutang untuk sekedar tidak tenggelam dalam kebangkrutan.
2. Global Imbalances – dimana Dollar nampak perkasa hanya karena mata uang negara-negara lain melemah. Dollar sendiri sebenarnya terus melemah dengan neraca perdagangan yang terus deficit. Amerika sekurangnya akan menambah hutangnya sebesar US$ 10 Trilyun dalam dekade ini.
3. Excessive Global Foreign Exchange Reserves – cadangan devisa Negara-negara di dunia akan menggelembung secara exponential – tetapi tersimpan dalam nilai mata uang kertas yang nilainya terus menyusut – sementara cadangan emas negara-negara di dunia akan terus melanjutkan penurunannya yang sudah dimulai sejak tiga puluh tahun lalu (1980).
4. Central Bank Attitudes to Gold – bank-bank central dunia akan cenderung menambah cadangan emasnya dan hanya IMF yang menjual emasnya ( dan Indonesia yang menjual cadangan emasnya 24 % pada akhir 2006 lalu !). Bank sentral India misalnya membeli seluruh 200 ton emas yang dijual IMF akhir tahun lalu, sedangkan bank sentral China malah berhasil melipat gandakan cadangan emasnya dari 395 ton ke angka 1,054 ton dalam dekade terakhir.
5. Gold Is Not Bubble – harga emas adalah harga barang yang secara fisik tidak pernah kehilangan nilainya dalam sejarah peradaban manusia. Jadi tingginya harga emas bukan gelembung atau bubble – yang bisa meletus dan kehilangan nilainya.
6. Mine Supply Is Flat – Sumber-sumber emas dari galian tambang baru relatif tidak bisa mengejar pertumbuhan permintaan, selama 20 tahun terakhir galian baru ini hanya menambah supply sebesar 25 % atau rata-rata 1.25% saja per tahun.
7. Investment Demand – karena kekawatiran terhadap berbagai instrumen investasi lainnya, permintaan investasi pada emas akan terus meningkat secara global. Sejak awal 2009 permintaan emas dunia terus meningkat – bahkan pada kwartal kedua tahun ini permintaan tersebut dua kali lebih besar dari periode yang sama tahun sebelumnya. Ini yang menjelaskan mengapa sepanjang tahun ini harga emas dunia tidak turun-turun.
8. Commodity Price Cycle – sejak tahun 1800 harga komodity dunia mengalami siklus naik turun yang periodenya masing-masing siklus bisa satu sampai beberapa dekade. Jadi bull cycle yang sekarang bisa saja masih akan terus berlangsung sampai beberapa tahun mendatang.
9. Geopolitical Environment – Secara historis harga emas selalu tinggi pada saat terjadi gejolak politik maupun finansial. Puncak harga emas dunia misalnya pernah terjadi di tahun 1980 ketika terjadi krisis penyanderaan warga AS di Iran yang nyaris memicu perang besar. Tahun- tahun mendatang masih banyak sumber konflik global yang bisa meledak kapan saja. Setelah meredanya krisis Iraq misalnya, masih ada krisis di Afganistan yang dipicu serangan tentara AS dan sekutunya ke negeri itu, krisis Palestina yang dipicu pendudukan tentara yahudi yang tidak berhak atas wilayah itu, keberanian Iran untuk terus menyiapkan program nuklirnya, demikian pula ancaman Korea Utara yang bisa nekat kapan saja.
Well, jadi meskipun bulan ini harga Dinar kemungkinan akan terus tinggi karena bahan bakunya yaitu emas dunia yang memang lagi tinggi; tidak ada yang bisa tahu apakah bulan-bulan kedepan atau tahun-tahun mendatang harga Dinar bisa turun lagi ?. Sesaat saya yakin bisa saja turun, tetapi dalam jangka panjang kecenderungan naik oleh 9 faktor tersebut diatas-lah yang akan lebih dominan. Kebutuhan kita akan proteksi nilai justru akan terus meningkat di waktu-waktu yang akan datang. Wa Allahu A’lam.