Harga Emas : Belajar Dari Krisis Financial Global 2008
5:24 PMOleh Muhaimin Iqbal
Jum'at, 07 October 2011 06:41
Ketika
krisis financial melanda dunia tahun 2008, harga emas di pasar sempat
menyentuh angka US$ 1,011/Ozt (17/04/08) kemudian merosot lagi sekitar
30%-nya dalam rentang tujuh bulan kemudian - tinggal US$
713/Ozt ( 24/10/08). Perlu waktu kurang lebih satu setengah tahun
kemudian untuk harga emas mampu melebihi angka tertinggi sebelumnya,
yaitu ketika harga emas menyentuh US$ 1016 /Ozt (16/09/09). Apakah pola
semacam ini akan bisa berulang untuk harga emas tertinggi bulan lalu
yang mencapai US$ 1,895/Ozt (05/09/11) ?.
Ada
yang menyebabkan statistik sejarah berulang yaitu perilaku manusianya.
Ketika di puncak krisis para pelaku pasar melihat langit seolah akan
runtuh, anut grubyug
mereka mencari penyelamatan aset-aset mereka pada aset riil yang
dipandang aman dari krisis – salah satunya emas. Emas diburu dan dibeli
orang pada harga berapa saja, maka saat itulah harga emas menjulang
tinggi.
Perilaku para pengelola kebijakan ekonomi dunia juga demikian, mereka akan mengerahkan segala daya dan upaya untuk bisa memberi angin surga bagi pasar,
bahwa krisis dapat ditangani, bahwa ekonomi akan segera pulih.
Solusi-solusi jangka pendek-pun mereka tempuh demi untuk menghasilkan
efek sentiment positif di pasar, tidak peduli bila solusi ini dalam
jangka panjang akan membahayakan ekonomi itu sendiri – seperti diakui
atau tidak solusi yang sering disebut Quantitative Easing atau mencetak uang dari awang-awang.
Terlepas
dari efek jangka panjangnya yang menyimpan bom waktu inflasi atau
bahkan hiper-inflasi, solusi jangka pendek tersebut biasanya efektif
untuk meredam gejolak pasar. Untuk sementara pasar menjadi tenang dan
kembali bergairah, saham dan produk-produk turunannya kembali diburu
orang dan kembali anut grubyug investor dunia-pun rame-rame menjual
emasnya – inilah yang membuat harga emas turun drastis untuk beberapa
bulan setelah puncak tertingginya – yang identik dengan puncak krisis
atau puncak kepanikan pasar.
Seperti penyakit yang hanya diobati gejalanya – tetapi bukan penyebabnya, maka
krisis atau kepanikan serupa kemudian berulang dan mendorong harga emas
kembali menjulang. Begitulah siklus semacam ini berulang dan relatif predictable karena perilaku kegilaan massa - madness of crowds - yang memang mudah ditebak.
Maka
bila statistik perilaku pasar tersebut berulang untuk krisis yang baru
lewat, harga emas sekarang yang sudah cukup rendah di pasar global masih
sangat mungkin turun lagi. Bila rentang penurunun 2008 yang berulang –
yang berada pada kisaran 30% tersebut diatas – bisa saja emas turun
kembali ke angka US$ 1,300 –an dalam beberapa bulan ini - yaitu turun sekitar 30% dari angka tertinggi sbelumnya US$ 1,895/Ozt.
Bila
ini terjadi, Anda tidak perlu panik – asal Anda tidak segera
membutuhkan uang Anda – bertahanlah sampai akhir tahun depan (2012) atau
awal tahun sesudahnya (2013) – karena saat itulah investasi emas Anda
akan kembali menjualng nilainya. Itulah sebabnya melalui
situs ini selalu tidak saya sarankan untuk menggunakan emas ini sebagai
instrument spekulasi jangka pendek – Anda bisa rugi karenanya.
Meskipun
statistik sejarah sangat mungkin berulang, tetapi ada juga faktor yang
memungkinkan perulangan ini tidak identik dengan yang terjadi
sebelumnya. Struktur pasar emas telah mengalami banyak perubahan dalam tiga tahun terakhir.
Bila tiga tahun lalu bank-bank sentral dunia plus IMF masih net sellers emas, kini bank-bank sentral menjadi net buyers
dan IMF-pun sudah tidak menjual emasnya lagi. Ditambah lagi kesadaran
penduduk dunia untuk mengamankan asset telah menyentuh masyarakt tingkat
bawah sekalipun, China yang daya belinya terus meningkat di tengah
penduduknya yang berjumlah 1. 3 milyar lebih – membuat demand
emas di China sangat besar kini. Di Indonesia-pun orang sampai mengantri
emas karena seolah-olah terbangun dari tidur dan sadar akan perlunya
memproteksi hasil dari jerih payah kerjanya. Kini 70% demand emas datangnya dari negeri-negeri yang sedang berkembang seperti China, India, Indonesia dlsb. yang perilakunya berbeda dengan pemain pasar barat pada umumnya.
Dengan
hal yang terakhir ini – yaitu struktur pasar yang berubah, ditambah
kita yang ada di Indonesia membeli emas dengan Rupiah kita yang daya
belinya juga terus berubah-ubah – maka bisa jadi siklus pasar yang saya
uraikan diatas tidak sepenuhnya sama bagi kita. Wa Allahu A’lam.
0 comments