Determination…
6:31 AMOleh Muhaimin Iqbal
Kamis, 29 December 2011 08:00
Tahun
1970-an China adalah negeri yang miskin dan amat sangat tertutup.
Rakyatnya tidak bisa menonton TV, Radio maupun media-media lain selain
yang dari pemerintahnya. Maka ketika pemerintahnya ingin mengirim atlit ice dancing ke kejuaraan dunia, mereka tidak memiliki informasi yang cukup tentang apa dan bagaimana ice dancing
ini. Seorang pemuda Yoew Bin yang ditugasi untuk mewakili negaranya,
hanya dibekali sejumlah klipping koran asing yang sudah disensor dan dia
dilatih oleh (tentu saja) pelatih yang sama sekali tidak berpengalaman
di bidangnya.
Karena
kemiskinannya, mereka tidak mampu mengirimkan sang pelatih mendampingi
Yoew Bin keluar negeri mengikuti kompetisi. Berangkatlah Yoew Bin keluar
negeri sendirian, dia belum pernah keluar negeri sebelumnya dan tidak
bisa berbahasa lain kecuali bahasa China.
Ketika tiba waktunya Yoew Bin tampil di arena ice skating
yang megah bergiliran dengan juara-juara dunia dibidangnya, Yoew Bin
tampil sangat kacau - terjatuh beberapa kali dan terpaksa keluar arena
penuh rasa malu dengan tertawaan dan ejekan penonton.
Berbekal
pengalaman yang luar biasa (memalukan) ini Yoew Bin tidak putus asa,
dia justru berbulat hati untuk menyelamatkan negerinya dari dipermalukan
bangsa-bangsa lain karena ketidak mampuannya. Yoew Bin memutuskan untuk
menjadi pelatih ice dancing di seluruh sisa hidupnya.
Lebih dari tiga puluh tahun kemudian, dua pasang atlit ice dancing
China masuk ke babak final Olimpiade 2006. Satu pasang Shen dan Zhao
memperoleh medali perunggu, satu pasang lagi Zhang Hao dan Zhang Dan
memperoleh medali perak. Bukan medali perunggu dan peraknya ini yang penting, tetapi adalah bagaimana mereka mencapainya.
Begitu
semangatnya Zhang Hao dan Zhang Dan untuk mengharumkan negaranya,
mereka mencoba lompatan yang belum pernah dilakukan di Olimpiade
sebelumnya – lompatan yang disebut quadruple salchow. Ketika
Zhang Hao melempar pasangan atlet putrinya Zhang Dan ke udara, atlit
putri ini terjatuh dengan posisi yang salah – dia mengalami luka di
lutut dan nyaris tidak bisa berdiri.
Ketika
dipapah untuk keluar arena, telah menunggu pelatihnya – Yoew Bin di
atas, dia tidak ingin atlit andalannya ini dipermalukan dunia
sebagaimana yang dia alami lebih dari tiga puluh tahun lalu.
Disemangatinya atlit yang sudah terluka dan nyaris tidak bisa berdiri
ini untuk balik ke arena.
Dua atlit inipun balik ke arena dan menampilkan tontonan yang
luar biasa indah dan diiringi tepuk tangan penonton terus menerus
sampai mereka mengakhiri penampilannya. Pasangan ini kemudian
mendapatkan nilai tertinggi untuk sisa permainannya dan mereka
memperoleh medali perak.
Di
dunia olah raga China, prestasi Yoew Bin dan para atlitnya tersebut
menjadi inspirasi bagi prestasi berbagai bidang olah raga lainnya di
negeri itu – prestasi yang didorong oleh kerja keras, keteguhan hati
atau determination dan semangat pantang menyerah.
Keberhasilan
China seperti di bidang olah raga ini juga terjadi di bidang ekonomi
dan bisnis. Mereka berpegangan pada pepatah China yang sama yang kurang
lebih artinya : “Pohon sukses yang kuat dan indah tumbuh dari benih-benih kegagalan dan perjuangan...”
atau dengan kata lain kita bisa sukses mencapai apa yang kita kejar,
hanya bila kita mau melaluinya dengan kerja keras, kegagalan-kegagalan
dan determination…
Ketika Yoew Bin di tahun 70-an menjadi bahan tertawaan di arena ice dancing
dunia, saat Itu Indonesia lagi berjaya di arena bulu tangkis
Wembley-London (All England Open Badminton Championships) dengan
menjuarainya secara terus menerus selama beberapa tahun. Ketika karena
kemiskinannya tahun-tahun itu China sampai tidak mampu mengirimkan
pelatihnya Yoew Bin untuk mendampinginya dalam kompetisi internasional
yang sama sekali belum pernah dikenalnya, Indonesia lagi kaya-kayanya
dengan Oil Boom atau yang dikenal dengan rezeki petro Dollar-nya !.
Tetapi
lihat kini 30-an tahun kemudian, olah raga mereka sangat unggul bukan
hanya dibandingkan kita – tetapi juga dibandingkan negara-negara lainnya
di dunia. Ekonomi mereka juga demikian, negara-negara adidaya dunia-pun
harus bertekuk lutut terhadap keperkasaan ekonomi China. Keunggulan di
bidang olah raga, keunggulan dibidang ekonomi maupun keunggulan
dibidang-bidang lain – semuanya harus dibangun melalui kerja keras,
melalui serangkaian kegagalan dan tetap menjaga determination
atau keteguhan hati. Bahwa hasil akhirnya semua tergantung kepada
kehendak Allah – itu pasti, tetapi tetap tidak berarti kita bisa
mengabaikan kerja keras dan keteguhan hati ini – sebagai bentuk ikhtiar
yang maksimal yang menjadi domain kita.
“Kalimat
hikmah (perkataan yang baik/bijaksana) adalah senjatanya orang mukmin,
dimanapun ia mendapatkannya maka dia lebih berhak untuk mengambilnya” (HR. Tirmidzi/Ibnu Majjah)
0 comments