Pak Kyai Di Sidang Kabinet Baru

6:15 PM

Di setiap krisis yang dihadapi bangsa ini, saya selalu bermimpi guru imaginer saya Pak Kyai turut hadir menyelesaikannya. Maka seperti mimpi-mimpi sebelumnya ketika negeri ini menghadapi krisis inflasi  meningkatnya jurang antara si kaya dengan si miskin dan krisis bahan pangan, untuk kesekian kalinya saya bermimpi Pak Kyai hadir kembali di sidang kabinet. Kali ini kejadian dalam mimpi tersebut adalah ketika rangkaian PEMILU eksekutif 2014 telah berakhir, Presiden baru lengkap dengan seluruh jajaran menterinya baru dilantik.

 

Dalam sidang kabinet pertama, Presiden baru kita ingat dengan janji-janjinya selama masa kampanye. Bahwa dia antara lain menjajikan swasembada pangan bagi negeri ini, bahwa dia menjanjikan negeri yang kuat dalam bidang ekonomi sehingga tidak ditekan-tekan dan didekte oleh negeri-negeri asing.

 

Kabinet kali ini diisi oleh para pakar dan professional di bidangnya masing-masing, namun demikian Pak Presiden belum sepenuhnya puas dengan pemikiran para menteri untuk menghadapi krisis multi dimensi yang dihadapi saat itu.

 

Di bidang ekonomi krisis itu terindikasi dari rendahnya daya beli masyarakat, rendahnya kwalitas dan kwantitas pangan mereka, terus menurunnya nilai tukar Rupiah, terus merosotnya cadangan devisa, ekonomi biaya tinggi di hampir seluruh sektor dlsb. dlsb.

 

Maka setelah seluruh menteri menyampaikan garis besar pemikiran mereka masing-masing, Pak Presiden berbicara dengan Pak Kyai.

 

Begini Pak Kyai, saya mendengar sudah beberapa kali dalam pemerintahan sebelumnya Pak Kyai diundang untuk hadir dalam sidang kabinet semacam ini. Maka tradisi baik dari pendahulu saya tersebut ingin saya teruskan dan bahkan tingkatkan, saya ingin ada wawasan lain diluar yang sudah biasa saya dengar dari para menteri dan pembantu saya lainnya. Monggo Pak Kyai, kami semua ingin menyimak

 

Dengan penampilan yang santai, memakai sarung dan kopyah hitam miring Pak Kyai seolah memecah kekakuan suasana sidang kabinet. Setelah mengucapkan syukur kepada Allah dan menyampaikan shalawat dan salam kepada Junjungan kita Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam Pak Kyai-pun mulai bicara :

 

Mohon maaf bapak Presiden, sebelum saya menyampaikan uneg-uneg saya, saya ingin memberi hadiah kepada Pak Presiden. Kemudian Pak Kyai menyampaikan hadiahnya berupa koin emas seperti dalam gambar disamping. Ditengah keheranan pak Presiden dan para menteri yang hadir, Pak Kyai kemudian menjelaskannya.

 

Koin emas tersebut adalah perlambang amanah kepada bapak Presiden dan para menteri. Koin itu di bahasa bapak-bapak sekalian adalah yang disebut unit of account, dalam bahasa pesantren saya adalah timbangan yang adil. Dalam bahasa bapak-bapak dia adalah perlambang store of value, dalam bahasa kami dia adalah alat untuk mempertahankan nilai atau bagian dari ketahanan ekonomi (yukhsinun).

 

Maksudnya adalah, agar dalam lima tahun jabatan bapak-bapak sekalian kedepan, bapak-bapak bisa berperilaku adil terhadap rakyat. Dan Bapak-bapak juga harus bisa membangun ketahanan ekonomi negeri ini, mampu meningkatkan dan kemudian juga mempertahankan daya beli masyarakatnya.

 

Pak Presiden kemudian menyela : Menarik sekali Pak Kyai, tapi apa hubungannya koin ini dengan masalah yang kini kita hadapi ? apa solusi  kongkritnya menurut pak Kyai ?. pak Kyai-pun tidak sabar untuk segera menjelaskannya :

 

Begini bapak  Presiden dan bapak-Ibu menteri sekalian. Ekonomi kita lemah, cadangan devisa terkuras dan nilai tukar uang kita terpuruk karena kita belum berhasil membangun keunggulan-keunggulan berdasarkan resources yang kita miliki.

 

Selain bahan bakar, kita harus mengimpor bahan-bahan pangan dari tepung sampai daging dan susu padahal kita hidup di bumi Allah yang paling kaya keaneka ragaman hayati kita dan mendapatkn hujan sangat cukup disamping sinar matahari sepanjang tahun. Hanya beberapa negeri katulistiwa saja yang memiliki keunggulan semacam ini di dunia.

 

Adapun koin yang saya berikan ke bapak Presiden tadi, itu hanyalah simbul bahwa hanya dengan domba atau kambing-pun negeri ini bisa bangkit, membangun cadangan devisa, mencukupi kebutuhan pangan sekligus menyuburkan kembali lahan-lahan kita yang mulai gersang.

 

Bapak menteri pertanian bisa cek, bahwa tahun lalu produksi daging sapi  kita hanya 430,000 ton atau kalau dibagi rata-rata penduduk hanya kebagian 1.8 kg per tahun per kapita. Setelah ditambah impor, daging domba, kambing, ayam dlsb, konon menurut datanya FAO kita bisa makan daging sampai 10 kg per tahun per kapita. Inipun kurang dari ¼ konsumsi rata-rata penduduk dunia yang berada di kisaran 41 kg per tahun per kapita.

 

Sekarang saya akan tunjukkan bahwa kita bisa meningkatkan konsumsi daging kita untuk mencapai rata-rata penduduk dunia atau empat kali dari sekarang, pada saat yang bersamaan kita meningkatkan devisa dari berbagai sektor !.

 

Karena melihat wajah-wajah para menteri yang mengekspresikan kekurang percayaannya. Pak Kyai-pun melanjutkan :

 

Selama ini kita perfikir sektoral. Menteri kehutanan fokus ngurusi hutan dan tentu saja harus berusaha mempertahankan kekayaan yang satdan melimpah, bertani kita menjadi variatif karena tidak hanya menanam tanaman semusim tetapi juga tanaman-tanaman jangka panjang yang bisa dipetik hasilnya secara terus menerus tanpa perlu menanam ulang setiap saat. Ternak kita memperoleh pakan yang melimpah tidak perlu membeli.

 

Merasa bidangnya disinggung Pak Kyai, menteri pertanian-pun menyela : Mohon maaf Pak Presiden, boleh kami menyela ? Setelah diijinkan oleh pak Presiden menteri pertanian-pun menyela penjelasan Pak Kyai : Begini Pak Kyai, apa yang Pak Kyai sampaikan tersebut seolah ideal padahal belum ada bukti keberhasilannya di lapangan. Sedangkan kita butuh solusi-solusi yang konkrit yang sudah ada bukti keberhasilannya.

 

Merasa tertantang, pak Kyai-pun menjelaskan ; Justru inilah buktinya bapak Presiden dan para menteri, kita sudah 69 tahun merdeka tetapi kita tidak mandiri pangan. Bukankah ini bukti bahwa pendekatan yang ditempuh selama ini gagal ? bukankah kita perlu menempuh jalan lain agar kita tidak gagal lagi dan gagal lagi ?, bukankah bapak-bapak sekalian juga tidak ingin me jadi pemerintahan yang gagal dalam lima tahun kedepan ?.

 

Tetapi apa jalan lain itu ?, rakyat telah lelah menjadi ajang percobaan system ekonomi demi system ekonomi. Ekonomi Orde Lama berujung hiper inflasi dan sanering, ekonomi Orde Baru berujung pada ekononomi kroniisme yang hanya menguntungkan segelintir orang. Ekonomi era reformasi hanya berujung negeri ini jadi bancakan raja-raja kecil dari daerah sampai pusat !

 

Tidak ada jalan lain, kita harus kembali ke system ekonomi yang benar. Ekonomi yang berbasis petunjukNya. Mendengar ini, menteri ekonomi yang Doctor lulusan barat memotong : Tetapi apa ada pak Kyai konsep ekonomi yang berbasis petunjuk itu ? seperti apa konkritnya, dan dimana diterapkan secara berhasil ?

 

Merasa seperti dikeroyok para menteri, Pak Kyai-pun tidak kalah sigap : Allah berjanji bahwa kitabNya adalah petunjuk, penjelasan dan jawaban untuk segala bidang. Maka pasti urusan ekonomi yang begitu besar mengurusi hajat hidup orang banyak-pun ada tuntunan detilNya.

 

Seperti kombinasi antara hutan/kebun dengan pertanian dan penggembalaan ternak tersebut, petunjuknya bergitu jelas dan lengkap. Lalu pak Kyai membacakan dan menjelaskan tafsir Surat An-Nahl 10-11 dan Abasa 24-32.

 

Pak Presiden yang manggut-manggut akhirnya menengahi : Saya paham, perdebatan ini hanya masalah pendekatan yang berbeda. Para menteri mendekati masalah dengan keahliannya, Pak Kyai mendekati masalah dengan petunjukNya. Justru inilah yang saya kehendaki, setiap masalah didekati dengan petunjukNya, kemudian ditindak lanjuti di lapangan dengan profesionalisme dan keahlian di masing-masing bidang.

 

Ganti Pak Kyai yang manggut-manggut: betul Pak Presiden, PetunjukNya harus menjadi panglima dalam setiap masalah yang kita hadapi dan akan selesaikan, kemudian seluruh jaringan keahlian dan profesionalisme di masing-masing bidang akan menjadi para prajuritnya di bidang masing-masing.

 

Pak Presiden kemudian mengarahkan : Kongkritnya seperti apa Pak Kyai, bagimana dengan WATANA tadi kita akan bisa membangun kekuatan ekonomi, bisa meningkatkan cadangan devisa dan bisa swasembada pangan ?

 

Begini pak Presiden dan bapak-ibu menteri, bila kita menjadikan hutan, kebun dan lahan kita sekligus menjadi lahan gembalaan maka kita akan bisa memproduksi daging yang murah. Bersamaan dengan itu lahan-lahan akan subur dengan sendirinya, otomatis hasil berupa bahan makanan lain akan juga menjadi murah dan melimpah. Dari sini saja kita sudah tidak akan mengimpor bahan-bahan makanan termasuk daging dan susu.

 

Pak Presiden masih menyampaikan pertanyaan lanjutan : Apakah bisa pak Kyai ini dilakukan ?, apakah te

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Subscribe