Sarung Kependekan
9:59 PMDahulu desa-desa di Jawa bisa sangat dingin di pagi hari, maka sarung adalah pakaian multi purpose. Dipakai sebagai pakaian laki-laki umumnya di siang sampai sore hari, dan digunakan untuk selimut di malam sampai pagi hari. Tetapi ketika kain sarung masih menjadi barang mewah, tidak semua orang bisa membeli sarung dengan ukuran yang cukup. Maka dari sinilah muncul istilah kemulan sarung, kita harus melipat tubuh kita agar sarung yang kependekan tadi cukup untuk menutupi seluruh tubuh kita.
Bila badan kita lurus, sarung kependekan tidak akan cukup menutup seluruh tubuh kita. Kita tarik ke atas menutupi badan bagian atas kaki menjadi kedinginan, sebaliknya kita tarik kebawah untuk menutupi kaki badan bagian atas yang kedinginan.
Sarung yang kependekan inilah prinsip ekonomi kapitalis yang mendasarkan benda-benda ekonomi sebagai benda-benda yang mengalami kelangkaan atau scarcity. Ketika benda-benda yang langka atau terbatas digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia yang relative tidak terbatas maka benda apapun bisa menjadi barang mahal karena kelangkaannya.
Akibatnya akan selalu ada kebutuhan yang dikorbankan, setiap satu masalah diatasi ada masalah lain yang tidak diatasi atau malah timbul masalah-masalah baru. Solusi satu sisi (side) menimbulkan masalah-masalah baru di sisi lain (side effects atau efek samping).
Hal ini bisa dilihat dari hampir semua obat-obat yang dibuat pabrik farmasi untuk mengatasi penyakit, rata-rata memiliki efek samping yang kadang malah lebih besar dari penyakit yang coba diobati.
Hal yang sama juga terjadi di bidang lain, pertumbuhan ekonomi dunia selama ini hampir selalu berdampak pada penurunan kwalitas lingkungan dan daya dukung kehidupan di bumi ini sendiri. Dari sinilah kemudian di tahun 1992 di Rio de Janeiro para pemimpin-pemimpin dunia menyepakati perlunya mengawal pertumbuhan ekonomi dengan apa yang mereka sebut sustainable development.
Kini meskipun sudah 22 tahun sejak deklarasi tersebut disepakati, pertumbuhan ekonomi dunia masih belum berubah arah. Efek samping dari pertumbuhan berupa kerusakan lingkungan makin menjadi-jadi. Banjir di Jakarta yang dahulunya lima tahunan kini menjadi setiap ada hujan ya banjir, di Riau dan sekitarnya setiap musim kering ya ada musibah asap inilah sebagian dari efek samping pertumbuhan yang kini kita rasakan langsung.
Contoh lain adalah masalah energi, ketika dunia berusaha melepas ketergantungan pada non renewable energy ke renewable energy seperti bioethanol dari Jagung yang ditempuh Amerika misalnya, maka efek samping yang luar bisa terjadi pada krisis pangan. Ketika jagung yang seharusnya untuk makanan manusia dan ternak dijadikan bioethanol, di Meksiko sampai terjadi huru hara tortilla.
Lantas bagaimana kita bisa mencari solusi dari masalah-masalah kita agar solusi tersebut tidak malah menimbulkan efek samping yang lebih besar ? Agar solusi kita tidak seperti sarung kependekan tersebut di atas ?
Disinilah perlunya petunjukNya itu ! Ilmu manusia terlalu sedikit dan pengalamannya terlalu pendek untuk bisa menyombongkan diri bisa mengatasi segala persoalan yang dihadapinya. Bahkan teman saya yang professor science-pun mengakui bahwa ilmu manusia saja tidak menyelamatkan.
Petunjuk tersebut datang dari Yang Maha Tahu, kebenarannyapun abadi hingga akhir jaman maka bila solusi-solusi itu mengikuti petunjukNya, insyaAllah dia akan mengandung kebaikan yang banyak dan tanpa efek samping yang merugikan.
Ambil contoh kasus solusi energi tersebut di atas. Setinggi apapun ilmunya orang barat membuat energi bioethanol dari jagung dan sejenisnya penolakannya akan sangat besar, ya karena efek sampingnya pada kelangkaan pangan manusia dan pakan ternak.
Seandainya ilmu ini di-guided dengan petunjukNya, maka insyaAllah hasilnya akan lain. Allah memberi petunjukNya bahwa energi (api) itu datang dari pohon (syajara) yang hijau (QS 56:72 dan QS 36 : 80) bukan dari tanaman-tanaman (zara).
Pencarian energy hijau seharusnya fokus dari yang dihasilkan oleh pepohonan dan bukan dari tanaman-tanaman seperti jagung, gandum, padi dan sejenisnya. Kelompok yang terakhir ini lebih diarahkan untuk keperluan pangan.
Pepohonan yang mengandung serat, atau buah yang mengandung gula dapat diarahkan kemudian untuk membuat (sebagiannya) bioethanol misalnya. Sedangkan pepohonan yang menghasilkan buah yang mengandung minyak, sebagiannya bisa untuk menghasilkan biodiesel.
Pendekatan pohon untuk energy ini kemudian akan menghadirkan berbagai kebaikan yang lain, akan semakin banyak pohon-pohon yang ditanam oleh manusia untuk diambil buahnya sebagai bahan bioethanol ataupun biodiesel.
Pohon-pohon yang semakin banyak ditanam akan membersihkan udara dari pencemaran CO2, mengamankan supply air di tanah, menurunkan suhu permukaan bumi, membangun kembali ecosystem dan mengembalikan kekayaan hayati.
Maka agar solusi atas masalah-masalah kita tidak seperti sarung kependekan tersebut di atas, awalilah dengan memohon petunjukNya. Setiap solusi yang datang dari petunjukNya, dia bukan hanya mengatasi masalah yang ada tetapi juga mengandung kebaikan-kebaikan lain yang sangat banyak. Insyaallah.
- Details
- Kategori : Umum
- Published on Tuesday, 08 April 2014 08:19
- Oleh : Muhaimin Iqbal
0 comments