Sekali Lagi Tentang Uang Kertas : Perkasakah Riyal
7:18 AMOleh Muhaimin Iqbal
Jum'at, 15 July 2011 06:31
Setiap kali saya menjelaskan kelemahan uang kertas – seperti pada tulisan saya kemarin (14/07/11) – tentu tidak semua orang setuju, selalu
ada yang menyanggahnya dengan mengambil contoh uang Riyal-nya Saudi
Arabia. Penyanggahan ini kemudian di justifikasi dengan cerita bahwa “...jaman
ibu-bapak kita dahulu pergi haji, 1 Riyal cukup untuk beli minuman ,
beli makanan ...dst; sampai sekarang-pun katanya demikian...”. Benarkah demikian ?, Untuk adilnya mari kita lihat kinerja daya beli Riyal ini dari statistik-nya.
Perlu diketahui bahwa sejak Juni 1986, uang Saudi Arabia Riyal (SAR) sebenarnya di-peg atau dikaitkan terhadap satuan alat tukarnya IMF yang disebut Special Drawing Rights (SDR). Namun dalam praktiknya Riyal ini seperti di peg-kan
terhadap Dollar saja, nilai tukarnya stabil di kisaran SAR 3.75/USD.
Karena nilai tukarnya terhadap USD yang relatif tetap ini, maka ketika
USD nilainya menguat - SAR ikut menguat , demikian juga berarti sebaliknya, ketika USD-nya nyungsep seperti dalam dua tahun terakhir – maka Riyal juga ikut-ikutan nyungsep. Perhatikan grafik dibawah untuk kinerja Riyal ini selama 15 tahun terakhir.
Kalau
Anda memegang uang 100 Riyal sekarang, maka bila Anda belikan emas di
Madinah atau Mekah hanya akan memperoleh emas seberat 0.5 gram lebih
sedikit. Padahal sepuluh tahun yang lalu 100 Riyal yang sama bisa untuk
membeli sekitar 3 gram emas !. Lantas dengan 1 Riyal, dapatkah kita
membeli makanan atau minuman ? – sudah sulit memperoleh makanan atau
minuman yang bisa dibeli dengan 1 Riyal dua tahun terakhir ini.
Yang
lebih nyata adalah ketika Anda harus membayar dam (denda) karena adanya
pelanggaran tertentu dalam proses ibadah haji. Dam dengan membayar
seekor kambing 10 tahun lalu nilinya hanya di kisaran 140 Riyal, bila
Anda berencana ibadah haji tahun ini – bersiaplah dengan uang di kisaran
300 Riyal untuk membayar dam per 1 ekor kambing-nya.
Untuk
mengetahui lebih jauh betapa miripnya kinerja Riyal dengan Dollar
tersebut diatas dapat kita gunakan mata uang lain sebagai pembandingnya –
grafik dibawah menunjukkan betapa harmonisnya hubungan kedua mata uang
ini. Tidak sepenuhnya buruk memang – paling tidak bagi jemaah haji atau
umrah dari Indonesia dengan standar uang Rupiah-nya,
berangkat haji/umrah serta akomodasi selama di tanah suci untuk
sementara ini terasa lebih ringan untuk kita – karena Rupiah lagi
perkasa.
Yang perlu menjadi pelajaran bagi kita adalah fenomena common trend
penurunan daya beli uang kertas ini. Bila Euro yang didukung oleh
sejumlah negara ekonomi kuat dunia tidak bisa mempertahankan daya
belinya, kemudian juga Riyal yang konon didukung dengan cadangan
minyaknya yang melimpah ternyata hanya mampu berkinerja mirip Dollar yang nyungsep
dua tahun terakhir – maka sekuat apa mata uang Rupiah kita nantinya
bisa bertahan melawan arus penurunan daya beli tersebut ?. Insyaallah
waktu nanti yang akan menjawabnya, Wa Allahu A’lam.
0 comments