10:00 PM

Jalan Yang Lurus…

Bayangkan Anda berjalan atau mengemudikan mobil di jalan yang lurus dari A ke B, jalan yang tidak ada belokan dan tidak bercabang â€" mungkinkah Anda tersesat ?. Anda tidak mungkin tersesat, tetapi belum tentu Anda sampai ke tujuan. Sampai tidaknya Anda ke tujuan tergantung dengan fit tidaknya Anda untuk menempuh perjalanan itu dan perbekalan yang Anda miliki. Prinsip menempuh jalan lurus ini berlaku untuk seluruh aspek kehidupan kita.

 

Yang pertama dan terpenting adalah menemukan jalan yang lurus itu dahulu, karena bila jalan itu masih berbelok-belok dan bercabang sangat mungkin kita tersesat. Dalam hal ibadah misalnya, kita diajari untuk minta petunjuk jalan yang lurus itu setidaknya 17 kali dalam sehari semalam “Tunjukilah kami jalan yang lurus”. (QS 1:6)

 

Dalam hal usaha, ketika Anda menyiapkan business plan â€" tantangan terberat Anda adalah memetakan ‘jalan yang lurus’ tersebut. ‘Jalan yang lurus’ bagi sebuah usaha adalah kejelasan visi, ketajaman misi, kejituan strategi dan kedisiplinan aksi. Setelah ‘jalan yang lurus’ bagi usaha Anda tersebut terpetakan â€" insyaAllah usaha Anda sudah tidak akan tersesat.

 

Masalahnya adalah ‘tidak tersesat’  tidak berarti bahwa Anda akan sampai pada apa yang Anda cita-citakan tersebut. Setelah ‘jalan yang lurus’ itu Anda temukan, kesiapan fisik Anda untuk menempuh perjalanan itu dan juga perbekalan Anda menjadi tidak kalah pentingnya.

 

Maka Anda harus pandai mengukur jarak tempuh itu disesuaikan dengan kesiapan ‘fisik’ Anda atau team Anda beserta perbekalannya. Anda tidak bisa melampaui jarak tempuh melebihi jarak yang bisa ditempuh oleh team Anda. Jadi hal berikutnya yang juga sangat penting setelah ‘jalan yang lurus’, kondisi badan yang ‘fit’ dan perbekalan yang dibutuhkan â€" adalah teman atau team seperjalanan Anda.

 

Namun perlu diingat, bila perjalanan Anda melibatkan orang lain sebagai teman atau team seperjalanan â€" Anda harus mau berbagi tentang jalan yang akan Anda tempuh, Anda harus me-lead perjalanan itu sehingga tidak terjadi perdebatan sepanjang jalan. Itulah sebabnya dalam Islam ada istilah Amirul Safar-pemimpin perjalanan, agar di setiap perjalanan itu ada yang memimpin dan mengambil keputusan pada saat yang diperlukan.

 

Setelah ‘jalan yang lurus’ ditemukan, kondisi Anda fit, perbekalan cukup , team  lengkap, dan vision sharing sudah dilakukan untuk berjalan menuju arah yang sama â€" dari waktu ke waktu Anda tetap harus memotivasi team Anda untuk terus berjalan menuju sasaran yang dituju.

 

Bahkan bukan hanya sekedar sampai tujuan, harus ada upaya untuk memotivasi bagi mereka yang bersedia menempuh extra miles â€" perjalanan lebih dari yang sekedar ditargetkan. Ketika berdo’a untuk diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke surga sekalipun, kita dianjurkan untuk minta surga yang paling tinggi Al-Firdaus Al A’la !.

 

Dalam seluruh aktifitas kehidupan kita ada yang minimal dan ada maksimalnya. Yang minimal adalah ‘jalan yang lurus’ dan yang maksimal adalah kesediaan untuk menempuh ‘extra miles’. Dalam ibadah  ada yang wajib dan ada yang sunnah melengkapi yang wajib.

 

Dalam usaha, banyak cara yang Anda bisa tempuh untuk memotivasi team Anda untuk menempuh extra miles â€" lebih dari yang harus mereka kerjakan. Kebiasaan bekerja lebih dari yang bersifat keharusan ini â€" bukan hanya baik untuk perusahaan, tetapi juga baik untuk setiap individu yang membiasakan diri untuk melakukannya dalam setiap aspek kehidupannya.

 

Dalam sebuah hadits qudsi ketika Allah menggambarkan para waliNya, Allah menggambarkannya sebagai berikut :

 

“Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, dia berarti telah memaklumkan agar Aku memerangi dirinya. Tidaklah seseorang bertaqarrub kepada Diri-Ku yang lebih Aku sukai seperti saat dia menunaikan apa saja yang telah Aku wajibkan kepada dirinya. Seorang hamba senantiasa bertaqarrub kepada Diri-Ku dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintai dirinya. Jika Aku telah mencintai dirinya, Aku menjadi pendengarannya yang dengan itu dia mendengar; menjadi penglihatannya yang dengan itu dia melihat; menjadi tangannya yang dengan itu dia menyerang; menjadi kakinya yang dengan itu dia melangkah. Jika dia memohon kepada Diri-Ku, niscaya Aku mengabulkan doanya. Jika dia memohon perlindungan kepada Diri-Ku, pasti Aku akan melindungi dirinya.” (HR al-Bukhari).

 

Para wali adalah orang-orang yang menempuh extra miles yang sunnah dalam ibadahnya. Bayangkan bila Anda dan team Anda membiasakan bukan hanya yang wajib, tetapi juga yang sunnah seperti yang disebutkan di hadits qudsi tersebut â€" team Anda akan seperti team-nya ‘para wali’ â€" yang mendengar dengan ‘pendengaran Allah’, melihat dengan ‘penglihatan Allah’, menyerang dengan ‘tangan Allah’, berjalan-pun dengan ‘kaki Allah’. MasyaAllah team para wali ini…!

 

Untuk ukuran negeri ini misalnya, mungkinkah ‘team para wali’ tersebut diwujudkan di negeri ini ?, saya melihat kemungkinan itu. Terlepas dari begitu meng-haru-biru’nya berita tentang kerusakan politik demokrasi yang diwarnai oleh tindak korupsi yang melibatkan hampir seluruh partai, dari yang rendahan sampai ke tingkat menteri dan para pemimpin partai - namun dibalik ini semua terbesit kabar bahwa para pimpinan KPK adalah orang-orang yang selalu melaksanakan yang wajib dan melaksanakan pula yang sunnah - barangkali dengan itulah mereka berani menangkap siapa saja yang berani korupsi di negeri ini !. Mudah-mudahan mereka bisa menjadi team ‘para wali’ yang menyelamatkan negeri ini, dengan mengawal negeri ini untuk kembali berjalan di ‘jalan yang lurus’ dan mengunggulkan negeri ini melalui perjalanan extra miles yang akan kita tempuh bersama….InsyaAllah.

 

 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Subscribe