Cahaya Di Atas Cahaya
5:00 PMAda suatu pohon yang digambarkan dengan begitu indah oleh Sang Maha Pencipta sendiri, itulah pohon zaitun. Digambarkan sebagai pohon yang banyak berkahnya, minyaknya saja hampir-hampir bisa menerangi meskipun belum disentuh oleh api, cahaya di atas cahaya. Maka bisa dibayangkan bila cahaya tersebut bisa memasuki ruang yang gelap, melalui celah seujung kuku-pun cukup untuk menerangi seluruh ruangan.
Celah seujung kuku yang bisa menjadi pintu masuk cahaya yang menerangi seluruh ruangan ini memiliki dua arti sekaligus .
Pertama perhatikan gambar di samping yang saya sajikan kurang lebih sesuai ukuran aslinya. Bukan gambar batang dan daun tanamannya, melainkan titik tumbuh akar yang benar-benar seujung kuku yang dilingkari dan diberi tanda panah.
Bagi orang kebanyakan, mungkin tidak ada istimewanya tanaman ini apalagi bakal akar yang masih seujung kuku tersebut. Tetapi bagi team biologist kami, bakal akar seujung kuku tersebut merupakan karuniaNya yang subhanallah yang perlu banyak-banyak disyukuri.
Mengapa demikian ?, karena dari serangkaian percobaan yang kami lakukan inilah tanda-tanda yang ditunggu-tunggu itu. Bahwa suatu system pembiakan baru untuk pohon zaitun telah mulai mengindikasikan keberhasilannya. Suatu system yang bisa jadi yang pertama dilakukan di dunia untuk pohon yang diberkahi ini.
Dengan kemudahanNya dan hasil yang diberikan olehNya dibulan Ramadhan ini, pencapaian tersebut menjadi terasa istimewa. Dengan pencapaian ini cita-cita untuk men-zaitun-kan negeri ini menjadi mulai terbayang jalannya. Pembenihan massal pohon zaitun untuk negeri ini insyaAllah bisa segera dimulai.
Seujung kuku celah cahaya (berupa ujung akar) sudah mulai bisa menerangi seluruh ruangan yaitu big picture industri agroforestry yang antara lain berbasis zaitun. InsyaAllah celah tersebut akan terus bertambah lebar bersamaan dengan waktu, dan dengan ini pula insyaAllah pohon zaitun yang penuh berkah ini bisa menghijaukan negeri ini dan menghadirkan keberkahan-keberkahan lainnya.
Arti kedua adalah bila hanya dengan satu ayat saja bisa menerangi berbagai kegelapan negeri ini dari sisi pangan, energi, air dan ekonomi pada umumnya, bayangkan bila seluruh ayat-ayatNya itu bukan hanya kita baca dan hafalkan, tetapi juga kita respon secara sungguh-sungguh sampai kita bener-bener memahaminya dan menjadikannya dasar bagi suatau amal yang nyata.
Bayangkan bila selama lebih dari seribu tahun umat Islam di negeri ini membaca Al-Quran dan tentu saja termasuk ayat tentang pohon yang banyak berkahnya ini, tetapi tidak menggerakkan sesuatu amal nyata ini kan seperti kita mendengar suatu berita serius dari sumber yang sangat kita percayai, tetapi respon kita berhenti pada lha njuk ngopo ? ( ungkapan jawa untuk suatu kabar yang tidak perlu/tidak bisa ditindak lanjuti semacam so what dalam bahasa Inggris).
Sikap lha njuk ngopo terhadap Al-Quran inilah yang membuat kita lebih memilih menanam sawit yang diintroduksi oleh penjajah Belanda ketimbang menanam zaitun yang diperkenalkan oleh Allah langsung meskipun keduanya berfungsi sama sebagai sumber minyak. Bedanya yang satu menimbulkan banyak masalah sedangkan yang lain menghadirkan banyak berkah.
Sikap yang sama pula membuat negeri ini memilih hukum yang dintroduksi oleh penjajah ketimbang hukumNya, memilih cara bercocok tanam yang merusak tanah ketimbang bercocok tanam yang sustainable berbasis petunjukNya, memilih ekonomi kapitalisme ribawi ketimbang ekonomi riil dan perdagangan yang syari, memilih demokrasi yang meng-adu-domba rakyat ketimbang syura musyawarah oleh para ahlinya, dan perbagai bentuk salah pilih lainnya.
Bila saja ada seujung kuku celah yang dipilih untuk masuknya cahaya di atas cahaya, pastilah negeri ini bebas dari berbagai bentuk kegelapannya. Apalagi bila kita rame-rame memperlebar celah masuknya cahaya tersebut, insyaAllah negeri ini akan terang benderang dan malamnya-pun bagai siang. Semoga senantiasa kita dibimbing ke cahaya-Nya. Amin.
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 24:35)
- Details
- Kategori : Entrepreneurship
- Published on Tuesday, 23 July 2013 05:54
- Oleh : Muhaimin Iqbal
0 comments