Dari Asap Menjadi Peluang Di Aec

2:17 AM

Lebih dari dua bulan lalu saya menulis tentang Ancaman (Peluang ?) Dari Negeri-Negeri Jiran - yang dalam kontek AEC (ASEAN Economic Community) mereka nampaknya lebih siap dari kita. Lalu bulan lalu kita mengasapi dua negeri jiran terdekat kita sampai-sampai presiden negeri ini merasa perlu meminta maaf kepada para penduduk di kedua negeri. Dari kedua kejadian ini, bisa jadi peluang terbaik kita di era AEC adalah justru terkait dengan asap tersebut !
 
Asap yang membuat kalang kabut penduduk negeri-negeri jiran disamping tentu saja sebagian penduduk negeri sendiri, sesungguhnya bisa menjadi promosi yang sangat efektif untuk menyadarkan penduduk negeri-negeri tersebut, para ekonomnya, para ilmuwannya dan yang terpenting tentu juga para investornya bahwa betapa pentingnya mereka terlibat dalam pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan di negeri ini.
 
Bila kita di negeri ini bisa membangun ekonominya sekaligus memperbaiki lingkungannya, maka mereka akan ikut menikmati kesejahteraannya antara lain dari udara mereka yang akan tetap bersih. Sebaliknya bila negeri ini  mengorbankan lingkungannya dalam membangun ekonominya, maka mereka akan ikut kena getahnya berupa lingkungan yang rusak, bumi tambah panas, dan setiap saat asap bisa menghantui udara mereka (lagi).
 
Lantas apa hubungannya ini dengan peluang di AEC ? Dari  5 element inti di AEC  yaitu 1) free flow of goods, 2) free flow of services, 3) free flow of investment, 4) free flow of capital dan 5) free flow of skilled labour element no 3 dan 4 adalah sangat relevan untuk mendanai project-project ekonomi berwawasan lingkungan di negeri ini.
 
Apalagi diantara 12 sector yang diprioritaskan di AEC, setidaknya enam sector atau separuhnya terkait langsung dengan lingkungan yaitu sektor agro-based products, fisheries, rubber-based products, tourism, wood based products dan yang terakhir food, agriculture and forestry.
 
Jadi konkritnya peluang besar apa yang bisa kita garap ? Katakanlah kita akan membuat project agroforestry raksasa di Sumatra dan Kalimantan. Hutan-hutan di kedua pulau kita akan sulap menjadi hutan pangan, dimana tidak ada lagi yang perlu memotong pohon untuk menikmati hasil hutan, tidak ada lagi yang mengorbankan hutan untuk pemenuhan pangan dan tentu saja tidak akanada lagi yang terpaksa membakar hutan karena masyarakat akan dengan sendirinya menjaga hutan sebagai sumber penghidupan mereka ini.
 
Maka ketika visi ini disosialisasikan tidak hanya pada penduduk Indonesia, tetapi juga penduduk negeri jiran yang notabene sebagiannya pasti potensial untuk menjadi investor insyaAllah mereka akan lebih mudah memahami dan merasa berkepentingan langsung atas suksesnya pembangunan agroforestry di Sumatra dan Kalimantan tersebut. Bukan hanya sebagai potensial investor tetapi juga potensial market, karena bisa kita kampanyekan bahwa dengan berinvestasi di agroforestry dan membeli produk-produknya berarti menyelamatkan hutan-hutan di Sumatra dan Kalimantan yang nantinya akan berubah menjadi hutan tanaman pangan tersebut. Ketika hutan-hutan itu selamat, udara di kawasan ini akan tetap terjaga kebersihannya kesejahteraan balik untuk mereka juga.
 
Pada waktunya nanti project-project agroforestry ini juga bisa menjadi objek wisata lingkungan ecotourism yang berdaya guna ganda, mengedukasi penduduk di seluruh region ini sekaligus untuk menanamkan stakeholdership pada para turis tersebut bahwa penyelamatan lingkungan adalah juga menjadi interest dan tugas mereka, tugas seluruh penduduk di wilayah ini bahkan juga penduduk di seluruh dunia.
 
Project besar semacam ini mestinya domain pemerintah, dan oleh pemerintah-pun perlu ditangani lintas departemen/kementerian mulai dari Deprtemen Kehutanan, Departemen Pertanian, Perindustrian, Perdagangan, Keuangan, BUMN, BKPM dlsb.
 
Namun kita sadar bahwa beliau-beliau akan sibuk menghadapi pemilu 2014 dan belum tentu para menterinya akan berlanjut sesudah itu, setelah pemerintahan berganti-pun di tahun depan waktunya terlalu pendek untuk menangkap peluang di AEC 2015 selain pemerintahan yang baru belum tentu juga berminat.
 
Walhasil yang harus bergerak mestinya ya swasta, tetapi perusahaan swasta-swasta besar milik para konglomerat di negeri ini dan bahkan juga di negeri-negeri jiran mereka sudah mendapatkan kesempatannya, dan kita lihat hasilnya adalah asap yang menaungi sebagian wilayan ASEAN.
 
Maka mestinya kesempatan itu kini juga berlaku untuk kita-kita, waktunya tangan-tangan kecil ini ikut berbuat mengemban amanah memakmurkan bumi bukan untuk merusaknya. Memakmurkan bumi sesuai jamannya !
 
Lantas bagaimana tangan-tangan kecil ini bisa berbuat ? perjalanan panjang beribu kilometer-pun tetap perlu dimulai dari satu dua langkah pertama. Satu dua langkah ini telah kami mulai dengan membuat laboratorium pembibitan untuk calon-calon tanaman pengisi agroforestry tersebut nantinya.
 
Langkah kedua yang sudah juga kami mulai adalah meng-inisiasi wadah yang kami sebut BIOCOM (nantinya beralamat di www.biocom.asia) yang bertujuan untuk Preserving Life Melestarikan Kehidupan. BIOCOM adalah social business berasal dari Bio Company as well as Bio Community, yaitu masyarakat yang akan menyelamatkan lingkungan secara berkesinambungan bersama-sama tidak akan mengandalkan donasi, tetapi mengandalkan hasil usaha.
 
Melalui BIOCOM inilah nantinya juga akan digerakkan dana-dana investasi dari negeri-negeri jiran yang menjadi sangat dimungkinkan di era AEC, baik melalui private equity, crowd funding dlsb. yang sesuai dengan jaman ini tetapi tidak boleh melanggar ketentuan syariah tentu saja.
 
Anda tertarik untuk bergabung dengan langkah-langkah kecil tetapi bagian dari visi yang insyaAllah besar ini ?, silahkan mengirimkan minat Anda dengan mengirimkan CV plus sedikit bercerita Bagaimana Saya Bisa Membantu Memujudkan Tujuan BIOCOM ?, insyaAllah kami tunggu.
Details
Kategori : Entrepreneurship
Published on Monday, 08 July 2013 13:02
Oleh : Muhaimin Iqbal


You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Subscribe