A Roadmap To Btwg

5:58 PM

Sejak menulis Visi Untuk Negeri : Baldatun Thayyibah , pertanyaan yang terus datang dan menghantui adalah bagaimana mewujudkannya. Maka hari-hari ini team kami mengadakan perjalanan Wikitani Tour de Jawa, untuk memetakan kira-kira seberapa jauh kondisi kita kini dengan visi tersebut. Hasilnya mengejutkan, ternyata ada daerah yang sudah sangat dekat berjalan ke arah sana ! Siapa mereka ?

 

Sebagaimana peta jalan pada umumnya konsep Baldatun Thayyibatun WaRabbun Ghafur atau untuk kepentingan penulisan ini kita singkat BTWG, kita visualisasikan dalam grafik dua dimensi agar mudah diikuti. Sumbu X-nya adalah keimanan dan ketakwaan, sedang sumbu Y-nya adalah kondisi fisik alam setempat.

 

Untuk melihat kondisi keimanan dan ketakwaan kita hanya bisa melihat kondisi dan aktifitas fisik masyarakat, sedangkan kondisi alam setempat kita melihat dari sisi kesuburan dan kemanfaatannya. Hasilnya adalah untuk daerah-daerah yang kami kunjungi/survey, kami plot di antara sumbu X dan Y tersebut menjadi seperti pada grafik berikut.

 

 

 

Daerah yang berada di posisi A  adalah daerah yang menurut kami berada di garis terdepan dalam ikhtiar menuju BTWG. Masyarakatnya sudah antusias mengaji, pengajian Ahad subuh di pesantren terdekat selalu dihadiri oleh ribuan orang. Ibu-ibu yang bekerja di sawah-pun sadar untuk memakai jilbab secara benar.

 

Tanah mereka subur makmur, dan bahkan eksekutif-eksekutif dari Jakarta yang  menemani kami survey di lokasi tersebut ngiri dengan gaya hidup para petani di sini damai, makmur dan mereka nampak hidup dengan quality time. Mereka bekerja efektif dan banyak pula bisa mengaji.

 

Daerah yang ada di posisi B adalah daerah dimana sudah mulai ada ustadz-ustadz yang membina masyarakat, tetapi belum nampak dampaknya pada kemakmuran masyarakatnya. Masih perlu terus ditingkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat, serta perlu digenjot amal shalehnya untuk memakmurkan bumi sekitarnya.

 

Daerah di posisi C adalah daerah-daerah yang subur, secara fisik tidak kekurangan apapun tetapi masyarakatnya nampak masih jauh dari keimanan dan ketakwaan. Aneka sesajen masih ada di sawah-sawah mereka, dan belum ada aktivitas dakwah ke mereka untuk mengajak pada keimanan dan ketakwaan.

 

Daerah di posisi D adalah kilometer nol dalam perjalanan menuju BTWG, upacara-upacara syirik masih mewarnai kehidupan mereka dalam bertani mupun aktifitas ekonomi lainnya. Dan kondisi alam mereka juga masih merana seolah masyarakatnya pasrah bahwa daerah mereka adalah daerah yang minus dan tandus. Di daerah ini busung lapar dan sejenisnya menjadi peristiwa sehari-hari.

 

Dari kaca mata dakwah dan ikhtiar menuju BTWG, Baik yang sudah di posisi A, maupun yang masih di posisi B, C dan D menjadi peluang tersendiri bagi Anda-Anda yang mau terlibat di dalam mewujudkan BTWG ini.

 

Ibarat bermain bola, posisi A adalah para team sudah bermain harmonis (para ustadz dan masyarakat yang dibinanya), bola sudah diantar sampai ke dekat gawang tinggal satu tendangan untuk sampai goal. Satu tendangan ini adalah exercise untuk mengsinkronkan antara apa yang dilakukan masyarakat di lapangan dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits. Satu langkah lagi mereka akan menggunakan keduanya sebagai huda wa mauidhah dan satu langkah lagi mereka menjadi umat yang tertinggi (QS 3 : 138-139).

 

Peluang kita dimana untuk masyarakat yang sudah ada di posisi A ini ?, sederhana, bergabung dalam jamaahnya bisa tinggal bersama mereka atau secara berkala mengunjungi mereka untuk bisa belajar dan menerapkannya di tempat lain. Sambil bila ada ilmu-ilmu professional kita yang diperlukan mereka, bisa kita sumbangkan ilmu kita untuk penyempurnaan jalan menuju BTWG tersebut.

 

Daerah yang berada di posisi B, perlu banyak juru dakwah diterjunkan di daerah ini sekaligus juga para professional yang bisa membimbing masyarakat untuk peningkatan kemampuannya dalam memakmurkan buminya. Kedua hal ini saling berkorelasi karena masyarakat akan mudah diajak pada keimanan dan ketakwaan bila mereka bisa merasakan langsung dampak dari perbaikan iman dan takwa ini pada kehidupan mereka.

 

Daerah yang berada di C , mereka sudah mampu mengolah buminya dengan baik, hanya mereka sangat perlu banyak-banyak diajak untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaannya agar keberkahan hadir di bumi mereka (QS 7:96).

 

Daerah D ini membutuhkan jenis sukarelawan dakwah yang sangat berbeda. Selain  mereka adalah para sukarelawan professional (PROVEES) yang siap mengolah bumi yang mati - bukit-bukit cadas yang gersang menjadi sumber penghidupan masyarakat setempat - mereka juga harus siap hidup di daerah yang sangat sulit, sambil mengajak masyarakat setempat untuk bekerja bukan hanya untuk kehidupan saat ini, tetapi juga kehidupan anak cucu dan bahkan kehidupan sesudah mati.

 

Dari diskusi kami dengan para tokoh masyarakat di daerah D tersebut, mereka sangat merindukan pendamping dalam memikirkan survivalitas masyarakatnya. Di daerah seperti ini para wakil rakyat dan kepala daerah hanya datang setiap lima tahun, menjelang PEMILU atau PEMILUKADA setelah itu mereka dilupakan. Saat ini mereka membutuhkan bantuan tidak hanya materi tetapi juga pendampingan sehari-hari, kalau tidak bisa setiap hari ya minimal setiap minggu. Kalau tidak bisa setiap minggu ya minimal setiap bulan, kalau tidak bisa setiap bulan minimal sering dikunjungi dari waktu ke waktu tetapi yang jelas tidak boleh hanya dikunjungi lima tahun sekali.

 

Semua yang saya gambarkan daerah A, B, C, D tersebut ada di Jawa, dan jarak mereka dari kota besar terdekat rata-rata kurang dari 1 jam. Maka dengan pemetaan seperti inilah, insyaAllah jalan menuju BTWG itu mulai nampak jelas di depan mata.

 

Anda akan surprise bahwa kebahagian dan hidup yang lebih hidup bisa datang sama baiknya baik di daerah A - ketika Anda menimba ilmu dan pengalaman, maupun di daerah D ketika ilmu dan pengalaman Anda sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang rata-rata dhuafa ini. InsyaAllah.

 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Subscribe