Berbagi Nilai Tambah
7:46 PMDi awal krisis kedelai empat bulan lalu saya pulang kampung dengan menenteng satu tas berisi benih koro pedang tidak lebih dari 20 kg karena kalau di atas itu tangan saya tidak kuat menentengnya. Pekan lalu saya pulang kampung lagi ikut melakukan panen perdananya. Dari panenan yang MAA SYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH kalau ditanam lagi menjadi benih, insyaAllah cukup untuk luas lahan 20-25 hektar tanaman koro pedang. Tetapi siapa yang akan melakukannya ?
Mungkin saya dengan teman-teman masih bisa menanam sampai putaran kedua di angka 20 25 hektar ini. Tetapi putaran ketiga bila dilanjutkan sudah akan menjadi benih untuk 800 1000 hektar, sudah tentu harus melibatkan banyak pihak untuk ini.
Bukan hanya masalah menanamnya, tetapi juga pemanfaatannya. Kami bisa misalnya mengajari masyarakat untuk membuat tempe yang bahannya 100% koro pedang ini. Dari sisi tampilan dan rasa-pun tidak jauh berbeda dengan tempe yang 100 % kedelainya impor. Bahkan kalau yang masak pinter, tempe goreng koro pedang ini juga uenak tenan.
Tetapi siapa yang akan memasyarakatkan tempe koro pedang ini ? lagi-lagi kita perlu orang lain untuk ikut menyebar luaskannya. Itulah peluang bagi kita semua yang ingin ikut menyelesaikan masalah-masalah yang ada di negeri ini.
Solusi itu kadang ada di depan mata, tetapi dia berhenti pada tataran konsep atau wacana bila tidak dieksekusi secara menyeluruh. Maka diperlukan motif, agar orang mau rame-rame terlibat dalam prosesnya.
Motif-motif mencari penghasilan, peluang usaha, menciptakan lapangan kerja sampai niat untuk mengemban penugasan Allah untuk memakmurkan bumi (QS 11:61) , dapat dirangkai menjadi motor penggerak yang bisa mengatasi masalah-masalah besar seperti kelangkaan kedelai di negeri ini.
Solusi kedelai tidak harus koro pedang memang, tetapi setidaknya inilah salah satunya yang ada di depan mata. dia tidak membutuhkan lhan-lahan yang selama ini sudah produktif digunakan untuk tanaman lain, dia bisa ditanam di tanah-tanah marginal yang selama ini terbengkalai.
Dia bisa merambat untuk memanfaatkan celah-celah pohon jati atau tanaman perkebunan lainnya. Dia bisa juga hidup tanpa merambat, mengembang menutupi permukaan tanah seperti tanaman semak sehingga cocok pula untuk menurunkan suhu tanah dan menghijaukan permukaan tanah yang gersang.
Koro pedang ini bisa dijadikan batu loncatan- untuk meraih small win untuk membangkitkan semangat bahwa insyaAllah kita bisa mengatasi problem-problem yang ada di masyarakat. Maka dari small win ini insyaAllah akan muncul pula rasa PD kita untuk siap mengatasi masalah-masalah lain yang lebih besar.
Gerakan koro pedang ini juga bisa menjadi model untuk kita bisa berbagi nilai tambah. Kami bisa menyediakan koro pedangnya, kemudia masyarakat yang lebih banyak bisa rame-rame membuat tempe, tahu dlsb. Lebih banyak lagi masyarakat yang akan memproduksi produk-produk turunannya seperti gorengan, ketoprak, rujak cingur dst.
Bahkan bukannya tidak mungkin lahir industri kreatif yang berbasis tepung koro pedang ini. Setelah menjadi Tepung Kaya Protein (Protein Rich Flour PRF) - koro pedang ini mengandung protein skitar 38 %. Bandingkan ini dengan tepung beras yang hanya mengandung protein sekitar 7 % dan tepung terigu dengan kandungan protein hanya di sekitar 9 %.
Artinya akan sangat banyak produk makanan kreatif bergizi tinggi yang bisa dihasilkan dari koro pedang ini, makanan berprotein tinggi seperti daging sintetis, makanan/minuman kesehatan, aneka bubur, aneka kue, camilan dlsb.
Tentu peluang-peluang tersebut tidak mungkin kami eksplorasi semuanya sendiri, dan untuk itulah kami ingin berbagi peluang ini untuk menjadi peluang bersama. Startup Center yang kami siapkan di Jalan Juanda Depok insyaAllah siap dalam dua bulan kedepan untuk menggodok dan mengeksekusi ide-ide semacam ini, namun sebelum itu bila Anda tertarik untuk mengeksplorasinya lebih awal silahkan hubungi kami.
Yang dibagi umumnya akan habis, tetapi tidak bila yang dibagi adalah nilai tambah - dia akan terus bertambah, bertambah dan bertambah. Maka insyaAllah kami siap untuk berbagi nilai tambah ini.
- Details
- Kategori : Entrepreneurship
- Published on Friday, 20 September 2013 09:38
- Oleh : Muhaimin Iqbal
0 comments