Indonesia Tanpa Kedelai
10:39 AMSampai kemarin di beberapa daerah, perajin tahu tempe masih mogok produksi. Akibatnya para tukang gorengan juga terpaksa berhenti berjualan, menu-menu utama di warung-warung Tegal-pun ikut absen. Demikian pula tukang ketoprak, rujak cingur dan sejumlah makanan tradisional lainnya. Sebuah ecosystem perekonomian terganggu di salah satu mata rantainya yaitu kedelai, padahal kemungkinan kedelai memang bisa hilang dari Indonesia atau setidaknya tidak terjangkau bila tidak segera dicarikan solusinya.
Mengapa kedelai bisa hilang dari Indonesia ?, karena sampai saat ini produksi kedelai kita hanya di kisaran 800-900 ribu ton saja dan kekurangan konsumsi kedelai diimpor dari negara lain, tahun ini kedelai yang diimpor oleh Indonesia menurut Index Mundi akan mencapai 2.1 juta ton atau lebih dari dua kali dari produksi kita sendiri.
Masalahnya adalah supply kedelai dunia sudah mendekati mentog, negeri Soylandia (antara lain Brasil) sudah tidak dapat lagi meningkatkan produksinya kecuali dengan membabat hutan Amazon mereka. Tambahan kebutuhan kedelai impor China saja setahun terakhir mencapai 10 juta ton dari 59 juta ton (2012) menjadi 69 juta ton (2013). Sepuluh tahun terakhir bahkan kebutuhan impor kedelai China naik lebih dari empat kalinya, yaitu dari sekitar 17 juta ton (2003) menjadi 69 juta ton (2013).
Apa hubungannya impor kedelai China ini dengan kita ?, artinya kita akan bersaing habis-habisan dengan mereka untuk memperebutkan kedelai dunia yang terbatas. Karena mereka pembeli yang sangat besar dibandingkan dengan kita, kemungkinannya kita akan kalah dalam perebutan ini pembeli yang lebih besar umumnya memiliki posisi tawar yang lebih baik ketimbang pembeli yang kecil.
Walhasil kecil kemungkinan supply kedelai akan bisa bertambah untuk negeri ini, peluang berkurangnya menjadi lebih besar. Demikian pula dengan harganya, kecil kemungkinannya akan turun, malah kemungkinan naiknya akan lebih besar. Inipun bila kedelai masih bisa diimpor untuk memenuhi kebutuhan sumber protein yang (dahulunya) paling terjangkau oleh rakyat ini.
Lantas apa solusinya ? Bukankah Allah menjanjikan kecukupan rezeki bagi seluruh makhlukNya ? Betul demikian, tetapi yang dijanjikan bukan kedelai sangat banyak sumber protein pengganti kedelai yang bisa dihasilkan di negeri ini. Dalam jangka pendek salah satunya adalah koro pedang, yang salah satunya kami ikut panen perdananya di Nganjuk Jawa Timur dalam rangkaian Tour de Jawa kali ini.
Dengan sedikit kreatifitas untuk membuang racunnya cukup dengan merendam 2-3 hari dan merebusnya dengan sedikit kreatifitas dalam membumbuinya maka koro pedang sudah bisa menggantikan sebagian dari kebutuhan kedelai. Mata rantai yang hilang di ecosystem kedelai di atas akan bisa mulai digantikan.
Bukan hanya kedelai sebenarnya yang supply-nya perlu diperbaiki, konsumsi protein hewani (daging, susu, telur, ikan) kita yang sangat rendah juga seharusnya dapat diperbaiki. Dengan apa ?, dengan memperhatikan makanan ternak kita !
Ketika Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan makanan kita (Surat Abasa 24-32), di rangkaian ayat tersebut Allah sebutkan ada rumput-rumputan (Surat Abasa 31), lantas Apakah ini untuk kita ?, itu untuk makan ternak kita baru kemudian bila kita dapat memberi makan yang baik untuk ternak kita, dagingnya (juga susu dan telurnya) nanti juga untuk kita.
Kedelai memang bisa saja hilang dari bumi pertiwi ini, tetapi bila penduduk negeri ini beriman dan bertakwa (QS 7:96) keberkahan akan melimpah di negeri ini. Bentuk dari keimanan ini antara lain adalah keyakinan kita bahwa petunjukNya itu meliputi segala hal (QS 16:89), dan petunjukNya itu disertai penjelasan yang detil (QS 2:185).
Jadi di seluruh aspek kehidupan kita, di seluruh masalah yang kita hadapi jalan keluar itu pasti ada asal kita mengikuti perintahNya dan menjauhi laranganNya (bertakwa : Surat At-Thalaq 2). Bisa saja kedelai akan menghilang dari negeri ini, tetapi bahkan ganti yang lebih baik-pun insyaAllah akan bisa kita hadirkan dengan pertolonganNya semata. InsyaAllah.
- Details
- Kategori : Entrepreneurship
- Published on Thursday, 12 September 2013 06:59
- Oleh : Muhaimin Iqbal
0 comments