Bagaimana Spekulan Menghancurkan (Ekonomi) Dunia
6:32 AMOleh Muhaimin Iqbal
Kamis, 10 June 2010 08:30
Meskipun dengan pengalaman 21 tahun di pasar pengelolaan risiko dan investasi, saya tetap tidak mudah untuk dapat memahami bagaimana spekulan menghancurkan ekonomi Indonesia (1997/1998) , Amerika (2008) dan Eropa (2010). Sampai baru-baru ini membaca tulisan sederhana dari Dr. Jeffrey Lewis dari Silver Coin Investor , yang setelah saya corat-coret dalam gambar di bawah – saya ketemu gambarannya yang sederhana tentang masalah ini.
Untuk mudahnya memahami ulah spekulan ini, kita gunakan personifikasi tiga oknum yang berteman satu sama lain. Jon si pengutang, Bob dan Jim yang keduanya suka berjudi. Jon yang suka hidup diatas kemampuannya sendiri, selalu berhutang dari satu orang ke orang lain – dan membayar hutang dengan hutang lainnya.
Bulan ini Jon butuh lagi hutang, dan temannya yang lagi punya duit dari hasil judi – Bob rela memberi pinjaman Rp 1 juta (huruf A di gambar) – padahal Bob tahu kalau Jon sebenarnya nggak pernah mampu membayar hutang ini kecuali dengan hutang lainnya !. Bagi Bob ini tidak apa, karena berdasarkan teori judi-nya toh nanti dia akan bisa me-recover piutangnya ke Jon lewat judi lagi dengan orang lain – bahkan menurut teorinya , dia bisa untung karena hutang ini.
Untuk menjalankan teorinya, pergilah Bob ke warung kopi untuk mencari teman yang bisa di ajak berjudi – warung kopi ini adalah representasi dari apa yang disebut Derivatives Market di dunia nyata !. ketemulah Bob dengan penjudi lainnya bernama jim yang juga sangat mengenal Jon.
Maka Bob bercerita kepada Jim bahwa dia baru memberi pinjaman (lagi) ke Jon sebesar Rp 1 juta; Jim yang tahu tabiat Jon langsung mentertawakan langkah Bob memberi pinjaman ke Jon. Disinilah awal perjudian itu, karena Bob tahu kalau Jim berkeyakinan bahwa Jon tidak akan mampu membayar hutangnya – atau kalau toh akhirnya membayar pasti tidak akan tepat waktu – maka ditantanglah Jim untuk taruhan.
Isi tawaran taruhannya Bob adalah sebagai berikut : bila Jon membayar hutang tepat waktu – maka Bob akan memberi Jim uang dua kali lipat dari nilai hutang Jon (B). Sebaliknya karena Jim tahu betul siapa si Jon ini, maka dia memberi penawaran taruhan balik sebagai berikut : Bila Jon membayar hutang tepat waktu – maka Jim akan memberi Bob uang dua setengah kali dari nilai hutang Jon (C). Mereka sepakat dengan perjanjian judi ini, tinggal menunggu hutangnya Jon jatuh tempo.
Sambil menunggu hutang jatuh tempo, Bob memutar otak kotornya agar memenangkan perjudian ini. Maka dibelakang layar dia bergerilya ke Jon, menawari Jon uang Rp 1 juta (E) agar menggunakan uang ini untuk membayar balik hutangnya ke Bob tepat waktu – dengan demikian Bob akan menang taruhan dan untung Rp 1.5 juta – yaitu Rp 2.5 juta dari kekalahannya Jim minus Rp 1 juta yang dipinjamkan awal ke Jon (C – A).
Jim-pun tidak kalah kotor otaknya; di dekatinyalah Jon untuk diberi uang Rp 1 juta (D) – agar digunakan uang tersebut untuk membayar hutang Jon ke Bob tepat waktu. Dalam teorinya Bob akan kalah taruhan sehingga harus memberinya uang Ro 2 juta (B) , bila ini terjadi maka Jim dengan mudah untung Rp 1 juta – yaitu Rp 2 juta dari kekalahan Bob dikurangi Rp 1 juta yang diberikan ke Jim untuk membayar hutang tepat waktu (B-D).
Siapa yang akhirnya menang ?. Bob dan Jim keduanya berpeluang memang dan keduanya juga berpeluang kalah. Sedangkan Jon terpupuk kegemarannya untuk berhutang dari waktu-ke waktu karena dalam pikirannya akan selalu ada yang ‘membantu’ dia membayari hutangnya.
Begitu seterusnya sampai salah satu pihak jatuh dengan kekalahan-kekalahan judi-nya atau ketidakmampuan untuk membayar hutang-hutang lainnya yang jatuh tempo, saat itulah seluruh system perjudian yang nilainya jauh diatas nilai hutang semula ini hancur – Jim dan Bob bangkrut dan Jon juga tidak akan mampu bertahan karena selama ini hidup dari hutang – dan kini tidak ada lagi yang menghutanginya.
Dalam dunia nyata, sosok Jon adalah sosok negara-negara di dunia yang memang kegemarannya berhutang dari waktu ke waktu. Sosok Jim dan Bob adalah para pemain derivatives raksasa dunia yang akhir-akhir ini banyak dituding menjadi biang keladi krisis ekonomi global.
Lantas bagaimana kita selamat dari hutang dan perjudian ini ?; kembali kejalan syariah – dimana perjudian – maisir dan gharar dilarang; dimana setiap hari kita dianjurkan untuk berlindung dari hutang yang melilit – maka insyaAllah dengan syariah kita selamat. Amin.
0 comments