Sophie’s Choice : Ketika Dunia Harus Memilih Dollar Atau
7:26 AMOleh Muhaimin Iqbal
Senin, 28 June 2010 09:37
Pada tahun 1982 ada film dengan latar belakang Perang Dunia ke II yang diberi judul Sophie’s Choice. Film yang meraih banyak piala ini, menceritakan pengalaman seorang ibu (Sophie) dengan dua anaknya – laki (Jan) dan perempuan (Eva)- yang ditahan oleh serdadu musuh. Siibu diberi tawaran oleh serdadu musuh, salah satu dari anaknya hendak dibunuh – tetapi siibu disuruh memilih yang mana. Bila dia tidak mau memilih – maka keduanya akan dibunuh.
Siibu tidak bisa memilih, tetapi harus memilih – maka dipilihlah anak laki-lakinya Jan yang tetap hidup dan anak perempuannya Eva yang dibunuh musuh. Pilihan yang amat sangat sulit – sehingga sepanjang sisa hidupnya siibu ini hanya bisa menyesali keputusan yang harus diambilnya.
Judul film ini begitu terkenalnya sehinggan istilah Sophie’s Choice menjadi istilah baru saat itu untuk menggambarkan bila kita dihadapkan pada suatu kondisi yang sama tidak enaknya – sama seperti istilah ‘Buah Simalakama’ yang kita kenal.
Istilah ini-pun belakangan digunakan oleh para pengamat Dollar untuk menggambarkan kesulitan dunia untuk memilih antara mempertahankan Dollar sebagai reserve currency atau menggantinya dengan mata uang lain yang belum diketahui apa bentuknya.
Seperti China misalnya; mereka tahu US$ akan ambruk – namun bila dia berbuat sesuatu yang drastis untuk mengganti US$ dengan mata uang lain – maka cadangan devisanya yang sangat besar akan hancur nilainya bersamaan dengan hancurnya nilai US$. Demikian pula dengan export-nya ke Amerika akan runtuh bersamaan dengan runtuhnya ekonomi Amerika.
Lantas tidak berbuat sesuatu ?, bukan juga pilihan. Ketika US$ perlahan turun nilainya – perlahan tetapi pasti China menurun pula daya saing ekspor-nya ke Amerika; dan devisa yang terkumpul dalam US$ juga terus tergerus nilainya.
Dihadapkan situasi dilematis tersebut, China melakukan hal yang cerdik dengan diam-diam meningkatkan cadangan emasnya dan rakyatnya-pun didorong untuk mengamankan asetnya dalam bentuk emas. Minggu lalu China juga membuat langkah yang penuh misteri dengan memperlebar rentang harga nilai tukar antara Yuan dengan US$ - sebagian pengamat mengartikan ini sebagai langkah cerdik berikutnya untuk secara perlahan China mempersiapkan pengganti US$.
Langkah serupa juga dilakukan oleh Rusia; di minggu yang sama Rusia mengumumkan keinginannya untuk memimpin rezim baru dunia dalam hal reserve currency. Rusia memulainya dengan menambahkan Dollar Cananda dan Dollar Australia di keranjang reserve currency-nya, jadi tidak hanya tergantung US Dollars.
Langkah diam-diam meningkatkan cadangan emas oleh bank central juga akhirnya terkuak, setidaknya ini diakui China tahun lalu yang mengungkapkan bahwa cadangan emasnya telah menjadi double dibandingkan dengan data publik sebelumnya. Demikian pula Saudia Arabia yang sepekan lalu akhirnya mengakui juga langkah diam-diamnya yang telah menaikkan cadangan emas bank central-nya menjadi dua kali dari cadangan yang selama ini diketahui publik.
Yang mengejutkan adalah hasil survey yang dilakukan oleh UBS terhadap para pimpinan bank central di seluruh dunia; lebih dari separuh ternyata berpendapat bahwa dominasi US$ sebagai reserve currency tidak akan bertahan sampai seperempat abad yang akan datang atau tepatnya tahun 2035.
Lantas apa gantinya ?, ada yang berpendapat gantinya adalah mata uang negara Asia (mungkin maksudnya China ?), ada yang berpendapat Euro , tetapi mayoritas terbesarnya adalah yang berpendapat bahwa emas-lah mata uang pengganti itu.
Mungkin inilah penyebabnya; meskipun saat ini emas dipojok-pojokkan – tetapi bank-bank central dunia rupaya pada diam-diam juga membeli kembali emas. Setelah dua decade sebagai net sellers; kini mereka menjadi net buyers.
Apa makna ini semua sebenarnya ?, kebenaran Islam bahwa mata uang yang adil adalah Dinar atau Dirham seperti diungkapkan oleh Imam Ghazali – cepat atau lambat akan terbukti kembali di jaman modern ini. Kita tidak perlu menghadapi situasi pilihan yang amat sulit seperti Sophie’s Coice tersebut diatas; pilihan itu sudah ada di dua petunjuk kita – dan ulama-ulama besar kita-pun telah mengungkapkan kebenarannya.
Entah kapan itu terjadinya, di jaman kita, anak kita atau cucu kita tidak masalah. Tetapi apa yang kita mulai rintis untuk pengadaannya, mengatasi masalahnya, mencari solusi aplikasinya dst. – insyallah akan menjadi bekal yang baik sehingga generasi berikutnya tinggal menyempurnakannya bila waktunya tiba. Insyaallah.
Siibu tidak bisa memilih, tetapi harus memilih – maka dipilihlah anak laki-lakinya Jan yang tetap hidup dan anak perempuannya Eva yang dibunuh musuh. Pilihan yang amat sangat sulit – sehingga sepanjang sisa hidupnya siibu ini hanya bisa menyesali keputusan yang harus diambilnya.
Judul film ini begitu terkenalnya sehinggan istilah Sophie’s Choice menjadi istilah baru saat itu untuk menggambarkan bila kita dihadapkan pada suatu kondisi yang sama tidak enaknya – sama seperti istilah ‘Buah Simalakama’ yang kita kenal.
Istilah ini-pun belakangan digunakan oleh para pengamat Dollar untuk menggambarkan kesulitan dunia untuk memilih antara mempertahankan Dollar sebagai reserve currency atau menggantinya dengan mata uang lain yang belum diketahui apa bentuknya.
Seperti China misalnya; mereka tahu US$ akan ambruk – namun bila dia berbuat sesuatu yang drastis untuk mengganti US$ dengan mata uang lain – maka cadangan devisanya yang sangat besar akan hancur nilainya bersamaan dengan hancurnya nilai US$. Demikian pula dengan export-nya ke Amerika akan runtuh bersamaan dengan runtuhnya ekonomi Amerika.
Lantas tidak berbuat sesuatu ?, bukan juga pilihan. Ketika US$ perlahan turun nilainya – perlahan tetapi pasti China menurun pula daya saing ekspor-nya ke Amerika; dan devisa yang terkumpul dalam US$ juga terus tergerus nilainya.
Dihadapkan situasi dilematis tersebut, China melakukan hal yang cerdik dengan diam-diam meningkatkan cadangan emasnya dan rakyatnya-pun didorong untuk mengamankan asetnya dalam bentuk emas. Minggu lalu China juga membuat langkah yang penuh misteri dengan memperlebar rentang harga nilai tukar antara Yuan dengan US$ - sebagian pengamat mengartikan ini sebagai langkah cerdik berikutnya untuk secara perlahan China mempersiapkan pengganti US$.
Langkah serupa juga dilakukan oleh Rusia; di minggu yang sama Rusia mengumumkan keinginannya untuk memimpin rezim baru dunia dalam hal reserve currency. Rusia memulainya dengan menambahkan Dollar Cananda dan Dollar Australia di keranjang reserve currency-nya, jadi tidak hanya tergantung US Dollars.
Langkah diam-diam meningkatkan cadangan emas oleh bank central juga akhirnya terkuak, setidaknya ini diakui China tahun lalu yang mengungkapkan bahwa cadangan emasnya telah menjadi double dibandingkan dengan data publik sebelumnya. Demikian pula Saudia Arabia yang sepekan lalu akhirnya mengakui juga langkah diam-diamnya yang telah menaikkan cadangan emas bank central-nya menjadi dua kali dari cadangan yang selama ini diketahui publik.
Yang mengejutkan adalah hasil survey yang dilakukan oleh UBS terhadap para pimpinan bank central di seluruh dunia; lebih dari separuh ternyata berpendapat bahwa dominasi US$ sebagai reserve currency tidak akan bertahan sampai seperempat abad yang akan datang atau tepatnya tahun 2035.
Lantas apa gantinya ?, ada yang berpendapat gantinya adalah mata uang negara Asia (mungkin maksudnya China ?), ada yang berpendapat Euro , tetapi mayoritas terbesarnya adalah yang berpendapat bahwa emas-lah mata uang pengganti itu.
Mungkin inilah penyebabnya; meskipun saat ini emas dipojok-pojokkan – tetapi bank-bank central dunia rupaya pada diam-diam juga membeli kembali emas. Setelah dua decade sebagai net sellers; kini mereka menjadi net buyers.
Apa makna ini semua sebenarnya ?, kebenaran Islam bahwa mata uang yang adil adalah Dinar atau Dirham seperti diungkapkan oleh Imam Ghazali – cepat atau lambat akan terbukti kembali di jaman modern ini. Kita tidak perlu menghadapi situasi pilihan yang amat sulit seperti Sophie’s Coice tersebut diatas; pilihan itu sudah ada di dua petunjuk kita – dan ulama-ulama besar kita-pun telah mengungkapkan kebenarannya.
Entah kapan itu terjadinya, di jaman kita, anak kita atau cucu kita tidak masalah. Tetapi apa yang kita mulai rintis untuk pengadaannya, mengatasi masalahnya, mencari solusi aplikasinya dst. – insyallah akan menjadi bekal yang baik sehingga generasi berikutnya tinggal menyempurnakannya bila waktunya tiba. Insyaallah.
0 comments