Beyond Aec Pelajaran Dari Kiwi
10:30 PM
Di antara negara-negara yang melakukan persiapan yang luar biasa dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC), Thailand adalah salah satunya. Tiga kementrian sekaligus ditugasi untuk menyiapkan rakyat Thailand untuk siap hidup di era ASEAN. Hal yang sederhana tetapi vital dilakukan oleh menteri pendidikan mereka misalnya, mereka menyiapkan rakyat Thailand untuk siap berbahasa Inggris karena bahasa itulah yang akan dipakai secara umum di era ASEAN nantinya. Lantas apa yang kita lakukan ?
Bila sampai menteri pendidikan Thailand menggenjot penguasaan bahasa Inggris rakyatnya dalam kampanye yang disebut ASEAN Awareness Campaign (AAC), maka lebih dasyat lagi apa-apa yang disiapkan oleh kementrian perdagangan dan kementrian pertanian mereka karena komoditi pertanian seperti hortikultura adalah salah satu keunggulan negeri itu.
Lagi-lagi saya tidak mau mengkritisi para penguasa negeri ini yang belum terdengar program spesifik-nya dalam menyiapkan rakyat negeri ini menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut. Karena kesibukan mereka menghadapi pemilu yang kurang dari satu tahun lagi nampaknya kita masih harus memakluminya.
Dua tahun menjelang AEC mungkin tidak banyak yang bisa kita lakukan, tetapi bukan berarti tidak ada yang bisa kita lakukan. Saya hanya ingin menjadikan kedodoran kita dalam menghadapi AEC ini sebagai pelajaran, bahwa membangun keunggulan dalam dua tahun itu tidak cukup tetapi kita harus mulai merintisnya untuk membangun keunggulan jangka panjang.
Bila generasi kita belum menjadi generasi yang ungggul, maka kita harus mencita-citakan anak-anak dan cucu-cucu kita kelak untuk menjadi generasi nan unggul pada jamannya masing-masing.
Untuk program jangka panjang ini, saya contohkan dengan buah kiwi karena Allah juga yang menyuruh kita untuk mempelajari apa yang ada di bumi (QS 51:20). Dunia sekarang mengenal buah kiwi ini adalah buah khas New Zealand maka namanya kiwi, yaitu nama burung yang tidak bisa terbang burung asli negeri itu.
Tetapi buah kiwi ini sebenarnya bukan buah Asli dari New Zealand, bijinya dibawa dari China dari buah yang di negeri asalnya disebut buah Yang Tao. Buah kiwi baru pertama kalinya berbuah di negeri kiwi (nama burung khas New Zealand sebenarnya) sekitar 100 tahun lalu (1910), setelah beberapa tahun sebelumnya seorang kepala sekolah wanita membawa biji buah kiwi dari perjalanannya ke China.
Penanaman kiwi secara komersial di New Zealand bahkan baru mulai di era Perang Dunia II tahun 1937. Sekarang perhatikan, hanya dengan satu buah dan dalam waktu sekitar 1 abad saja dunia mengenal kiwi adalah New Zealand !. Meskipun buah kiwi tetap tumbuh di negara-negara lain dengan namanya masing-masing, tetapi dunia telah terlanjur mengenal kiwi adalah buah New Zealand.
Belakangan China meng-klaim dan mendeklarasikan bahwa buah tersebut (dengan nama China-nya tentu saja) adalah buah nasional China, tetapi ini tidak merubah realita bahwa dunia mengkonsumsi buah kiwi dari New Zealand.
Kita memiliki ribuan buah, dari buah kecil yang sangat enak tetapi mulai punah buah ciplukan, sampai buah besar yang baunya khas seperti nangka, durian dan cempedak. Juga ratusan jenis jambu, mangga dan jeruk dari negeri yang terkenal paling kaya dari sisi biodiversity ini.
Saking banyaknya yang bisa dipilih, bila kita ingin mengunggulkan satu atau dua buah-buahan nasional kita maka kita tidak akan bisa sepakat yang mana yang akan kita unggulkan itu. Bila ditanya ke Wali Kota Depok, pastilah blimbing jawabannya. Ditanya ke Wali Kota Malang apel jawabannya. Ditanya ke Bupati Probolinggo, manggalah jawabannya. Walhasil untuk menentukan buah unggulan kita saja bisa-bisa kita harus memilih melalui pemilu buah !
Saking
banyaknya yang bisa dipilih, bila kita ingin mengunggulkan satu atau
dua buah-buahan nasional kita – maka kita tidak akan bisa sepakat yang
mana yang akan kita unggulkan itu. Bila ditanya ke Wali Kota Depok,
pastilah blimbing jawabannya. Ditanya ke Wali Kota Malang – apel
jawabannya. Ditanya ke Bupati Probolinggo, manggalah jawabannya.
Walhasil untuk menentukan buah unggulan kita saja – bisa-bisa kita harus
memilih melalui pemilu buah !
Tetapi
saya melihat ada jalan untuk mempermudahnya, yaitu belajar dari
pengalaman kiwi tersebut di atas. Di New Zealand tentu juga banyak buah
asli negeri itu – mungkin tidak sebanyak kita, tetapi masih sangat
banyak. Toh yang mereka berhasil unggulkan antara lain justru buah yang
bukan asli negeri itu. Mereka melihat peluang pasar, nilai ekonomis,
kesesuaian lahan – maka jadilah buah kiwi buah unggulan mereka.
Bagi
kita seharusnya bisa jauh lebih mudah, karena kita bukan hanya melihat
pasar, nilai ekonomis dan kesesuaian lahan saja – kita menggunakan
petunjukNya untuk menentukan buah-buah apa yang akan kita unggulkan
nantinya.
Coba perhatikan ilustrasi dalam tulisan saya kemarin Kebunku Kebun Al-Qur’an (02/05/13), perhatikan bulatan-bulatan besarnya – maka kita akan dengan mudah memperoleh short list
buah-buah unggulan yang paling banyak disebut di Al-Qur’an. Kita bisa
mulai dari setengah lusin buah-buahan ini saja untuk menghasilkan buah
unggulan itu yaitu kurma, anggur, zaitun, delima, tin, dan pisang.
Kecuali
pisang, lima jenis buah lainnya belum menjadi tanaman yang bernilai
ekonomis di negeri ini. Tetapi justru disinilah peluangnya !
negeri-negeri lain yang selama ini memproduksi kurma, zaitun dan tin
adalah negeri-negeri yang kering dengan sedikit saja lahan subur mereka
yang bisa ditanami. Bayangkan kalau yang menanam buah-buah ini adalah
negeri subur yang sangat luas seperti negeri ini – maka dunia bisa
dibanjiri dengan buah-buahan yang bukan asli dari negeri ini – tetapi
yang dimasalkan oleh negeri ini.
Dalam
menanam tanaman non tradisional secara luas dan menjadi yang terbesar
di dunia, toh kita juga punya pengalaman dengan sawit. Benih yang konon
dibawa oleh penjajah Belanda 3 atau 4 butir saja, telah menjadikan
negeri ini kini produsen sawit terbesar di dunia. Sukses yang sama
insyaAllah bisa kita ulangi dengan kurma dan buah-buahan lain yang
petunjuknya begitu jelas di Al-Qur’an.
Maka kita bisa ngeles bila tidak siap menghadapi AEC dua tahun lagi, tetapi ngeles yang cerdas dan strategis –
yaitu kita siapkan negeri ini bukan sekedar menghadapi AEC yang ‘hanya’
memberi pasar 2.5 kali dari pasar yang sudah kita miliki. Yang kita
siapkan adalah Beyond AEC,
negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini harus benar-benar mencapai
keunggulan yang dijanjikan oleh Allah – bukan hanya sekedar unggul di
ASEAN !
“Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.” (QS 3:139)
Kita
hanya akan menjadi orang-orang paling unggul (tinggi derajatnya)
apabila kita adalah orang-orang yang beriman. Orang yang beriman adalah
orang yang tidak ragu sedikit-pun dengan petunjukNya (QS 49:15). Maka
dalam seluruh aspek kehidupan kita, dari yang kecil maupun yang besar
kita harus mengandalkan petunjukNya semata.
Kalau
Thailand sangat siap menghadai AEC dengan gerakan AAC-nya (ASEAN
Awareness Campaign), kita insyaAllah juga akan siap bahkan Beyond AEC dengan AAC kita sendiri – yaitu Al-Qur’an Awareness Campaign ! MasyaAllah, la Quwwata Illa Billah (QS 18:39).
- Details
- Kategori : Entrepreneurship
- Published on Friday, 03 May 2013 08:21
- Oleh : Muhaimin Iqbal
0 comments