Ketahanan Pangan A La Nabi Yusuf ‘Alaihi Salam
10:21 PMKetahanan
pangan kita sungguh semakin mengkawatirkan, impor terbesar bahan pangan
kita adalah untuk komoditi pertanian yang belum bisa kita produksi
sendiri. Meskipun tonase impor gandum ‘hanya’ naik sekitar 58% selama
sepuluh tahun terakhir, nilainya dalam Dollar melonjak lebih dari 300%.
Tidak cukup-kah ilmu dan ketrampilan penduduk negeri ini untuk mengatasi
masalah yang sangat fundamental ini ? Mestinya cukup, hanya karena
belum mendasarinya dengan petunjuk – maka ilmu dan ketrampilan tersebut
menjadi kurang efektif.
Kenaikan
tonase impor didorong oleh dua hal sekaligus yaitu jumlah penduduk yang
meningkat dan konsumsi per kapita yang juga meningkat. Sepuluh tahun
lalu (2002) penduduk kita baru sekitar 210 juta jiwa, dan per kapita
kita waktu itu hanya mengimpor sekitar 19 kg gandum. Penduduk kita tahun
lalu sekitar 240 juta jiwa dan per kapitanya mengimpor sekitar 26 kg
gandum.
Dalam
hal nilai uang yang kita belanjakan lebih tinggi lagi lonjakannya
karena kenaikan harga gandum yang mencapai lebih dari 150% dalam 10
tahun terakhir. Sepuluh tahun lalu harga gandum impor sekitar US$
142/ton, sedangkan tahun 2012 lalu harga gandum impor ini mencapai US$
365/ton.
Dari
data-data tersebut kita bisa melihat bahwa sesungguhnya ada dua faktor
utama dalam ketahanan pangan ini , yaitu masalah produksi untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan masalah daya beli yang dipakai untuk membeli
bahan-bahan pangan tersebut.
Untuk
membangun ketahanan pangan, maka keduanya harus dipakai – yaitu
menggenjot produksi dan yang kedua mempertahankan daya beli. Petunjuk
untuk kedua hal ini-pun juga sudah sangat jelas sebenarnya, jadi bila
saja petunjuk ini bener-bener kita pakai – kita tidak akan kesulitan
membangun ketahanan pangan ini. Petunjuk tersebut ada di ayat berikut :
Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan."(QS 12:47)
Ayat
ini mengungkap dua strategi sekaligus yaitu kegiatan menanam secara
serius untuk waktu yang lama (7 tahun), dan strategi menyimpannya.
Menyimpan gandum, padi dan sejenisnya dalam ‘bulirnya’ adalah strategi
untuk mempertahankan agar padi atau gandum tersebut awet, tidak rusak
dan tetap bisa menjadi benih yang sempurna bila kelak akan ditanam
kembali.
Selama
ini strategi ketahanan pangan yang ditempuh di negeri ini baru sebatas
berusaha meningkatkan produksi bahan-bahan pangan yang kita butuhkan dan
pada saat bersamaan mengurangi konsumi bahan pangan utama yang kita
impor. Inipun belum nampak hasilnya karena dari grafik di atas saja kita
sudah langsung tahu konsumsi bahan pangan impor itu meningkat tajam dan
bukan sebaliknya menurun.
Seandainya
saja salah satu strategi Nabi Yusuf ‘Alaihi Salam tersebut kita pakai,
insyaAllah ketahanan pangan itu akan terbangun dengan sendirinya.
Misalnya untuk sementara bahan pangan kita yang kadung
harus impor – olkelah diimpor dahulu, tetapi jerih payah hasil produksi
(kerja) kita mampu kita pertahankan nilai daya belinya - maka
sesungguhnya nilai impor itupun sudah akan terbeli dengan lebih ringan
karena semakin murah. Lihat grafik harga gandum dalam Dinar dan nilai
impor gandum dalam Dinar yang saya cantumkan di situs ini, trend-nya
menurun bukannya naik.
Ini
baru salah satu dari strategi saja yang kita pakai yaitu menyimpan
hasil kerja kita dalam ‘bulirnya’ – yaitu cara penyimpanan nilai yang
tidak membuatnya turun dalam daya beli dan kemampuan nya untuk
di-‘tanam’ (re-invest) kembali – dengan menggunakan Dinar sebagai
contoh.
Tentu
penyimpan nilai itu tidak hanya emas atau Dinar, bisa dalam bentuk
komoditi-komoditi riil yang nilainya bertahan dan bahkan meningkat bila
diproduktifkan. Karena pangan adalah salah satu kebutuhan utama kita,
maka kemampuan untuk bisa memenuhi kebutuhan ini secara berkesinambungan
harus menjadi fokus di negeri ini.
Kita juga harus bisa berfikir out of the box
bahwa bahan pangan bukan hanya beras dan gandum yang kita impor, bahan
pangan bisa juga biji-bijian, kurma, umbi-umbian dlsb yang kita tanam
secara sungguh-sungguh dalam periode waktu yang lama di negeri ini.
Menanam bahan makanan juga tidak harus di sawah atau tegalan sebagaimana
yang selama ini kita lakukan. Menanam bahan makanan bisa dalam bentuk kebun-kebun dan hutan-hutan tanaman pangan (food forest) dalam skala besar.
Untuk mewujudkan visi ini, kami mengundang Sarjana-Sarjana Pertanian/Science baru khususnya dari bidang Agronomi dan Bioteknologi yang memiliki passion
untuk menghasilkan tanaman-tanam unggul, untuk bekerja dengan petunjuk
Al-Qur'an, untuk menjawab kebutuhan umat dalam hal pangan ini. Bila Anda
tertarik, silahkan mengirimkan transkrip nilai perguruan tinggi Anda
dan satu karya tulis sekitar 1000 (seribu) kata dengan judul " Apa Yang Bisa Saya Perankan Untuk Mewujudkan Kebun Al-Qur'an (KKA)".
Transkrip dan karya tulis dikirim ke email address yang ada di menu kontak situs ini atau dikirim langsung ke saya
Iqbal@geraidinar.com dengan
subject "KEBUN AL-QUR'AN". Hanya kandidat yang transkrip nilai dan karya
tulisnya meyakinkan yang akan kami undang untuk interview.
- Kategori : Entrepreneurship
- Published on Friday, 10 May 2013 08:00
- Oleh : Muhaimin Iqbal
0 comments